Selasa, 16 Juli 2013
Kamis, 10 Januari 2013
BAB II USULAN PRAKTEK UMUM
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dahuri (2003) menyatakan bahwa
ekosistem laut di pandang dari dimensi vertikal dan horizontal, dapat dibagi
menjadi 2 yakni laut pesisir (zona neritik) yang meliputi paparan benua, dan
laut lepas (lautan/zona oseanik).
Permintakatan atau zonasi (zonation)
perairan laut dapat pula dilakukan atas dasar faktor-faktor fisik dan
penyebaran komunitas biotanya. Seluruh
perairan laut terbuka disebut sebagai daerah pelagis. Organisme pelagis adalah
organisme yang hidup di laut terbuka dan lepas dari dasar laut. Dalam pada itu, zona dasar laut beserta
organismenya disebut organisme benthos.
Bengen (2001), menyatakan
terdapat suatu kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu
wilayah peralihan antara daratan dan laut. Apabila ditinjau dari garis pantai
(coastline), maka suatu kawasan wilayah pesisir memiliki dua kategori batas
(boundaris), yaitu batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang
tegak lurus terhadap garis pantai (crosshore). Wilayah pesisir yang lebih
dikenal dengan pantai merupkan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga
unsur yaitu: daratan, lautan dan atmosfer. Proses interaksi ini berlangsung
sejak bumi ini terbentuk dan bentuk wilayah pantai seperti yang terlihat
sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran tiga
unsur utama alam tersebut (Pariwono, 1992).
Ekosistem
pesisir merupakan ekosistem yang dinamis
dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta
saling interaksi antara habitat tersebut (Nybakken,1982). Maka untuk kepentingan pengelolaan penetapan
batas-batas suatu wilayah pesisir didasarkan atas faktor-faktor yang
mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir serta
lautan beserta segenap sumberdaya yang tercakup di dalamnya, serta tujuan dari
pengelolaan itu sendiri (Dahuri 2003).
Pembangunan perikanan pada dasarnya
merupakan proses dari upaya manusia untuk memanfaatkan proses sumberdaya hayati
perikanan dan sumberdaya perairan melalui penangkapan dan budidaya. Kegiatan
lain yang juga berkaitan adalah peningkatan devisa negara dengan upaya-upaya
pemeliharaan dan pelestarian sumberdaya hayati serta lingkungan. Secara alami
juga merupakan hal yang penting dalam pembangunan perikanan ( Malik, 1998).
Potensi perikanan dan kelautan
Indonesia yang menjanjikan bukanlah suatu yang mustahil, mengembangkannya
menjadi sumber devisa utama Indonesia di masa mendatang. Permasalahan dalam
pengembangan perikanan dan kelautan diantaranya kondisi geografis, sarana dan
prasarana, aktualisasi pemanfaatan tidak merata dan tidak seimbang, komitmen
pemerintah, kualitas sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah
utama perikanan sekarang ini adalah penambangan pasir, dan masuknya
kapal asing tanpa izin, yang membuat potensinya berkurang dan bahkan berbahaya
pada daerah-daerah tertentu (Feliatra, 2004).
Ahmad (1996) menyatakan bahwa perikanan adalah suatu usaha ekonomi yang
tercakup dalam subsektor perikanan dengan mendayagunakan potensi sumberdaya
perairan, tenaga kerja, dan modal. Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan
semakin meningkatnya kebutuhan akan protein baik protein nabati maupun protein
hewani. Produk perikanan sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein
yang merupakan protein penyumbang lebih banyak dari semua jumlah protein yang
dikonsumsi oleh manusia.
Pembangunan
perikanan pada dasarnya merupakan proses dari upaya manusia untuk memanfaatkan
proses sumberdaya hayati perikanan dan sunberdaya perairan melalui penangkapan
dan budidaya. Dengan luas laut 5,8 juta km2, perairan Indonesia
diperkirakan memiliki potensi lestari ikan laut sebesar 6,4 juta ton pertahun.
Potensi tersebut terdiri dari ikan pelagis besar 1,65 juta ton, ikan pelagis
kecil 3,6 juta ton, ikan demersal 1,36 juta ton, ikan karang 145 ribu ton,
udang peneid 94,8 ribu ton, lobster 4,8 ribu ton, dan cumi-cumi 28,25 ribu ton
(Dahuri, 2003).
Masalah
utama yang dihadapi perikanan tangkap pada umumnya adalah menurunnya hasil
tangkapan yang disebabkan oleh : (1) eksploitasi berlebihan (overfishing)
terhadap sumberdaya perikanan; dan (2) degradasi kualitas fisik, kimia dan
biologi lingkungan perairan (Dahuri et
al.,2001). Untuk menjamin Maximum Sustenaible Yield di suatu
perairan serta dalam rangka pemenuhan
jumlah permintaan akan ikan, maka diperlukan adanya kegiatan budidaya.
Menurut
Widodo dalam siahaan (2002), suatu langkah yang dilakukan untuk mengembangkan
perikanan adalah mengetahui secara umum keadaan perikanan suatu daerah,serta
mengetahui permasalahannya sehingga dapat memberikan informasi dalam upaya
pengembangan perikanan. Selain dalam rangka pemamfaatan sumberdaya perikanan
dan kelautan demi kebutuhan masyarakat akan ikan dan sumberdaya laut
lainnya,usaha perikanan juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan
dan petani ikan yang berkehidupan dari pemamfaatan sumberdaya perikanan dan
kelautan. Salah satu alternative lain untuk bidang perikanan selain penangkapan
juga dikembangkan budidaya. Susanto (2001) menyatakan budidaya perikanan
merupakan usaha manusia untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal.
Untuk
Sumatera Utara pada masa kini, potensi perikanan belum dimanfaatkan secara
optimal, walaupun produksi dan jumlah alat tangkap terus maningkat. Dengan
demikian peluang untuk meningkatkan hasil dan produktifitas usaha perikanan
sangat memungkinkan. Melalui wilayah pengembangan
perikanan diharapkan produktifitas usaha perikanan dapat dioptimalkan (Dinas
Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara, 2007).
Daya
tarik wilayah pesisir untuk wisatawan adalah keindahan dan keaslian lingkungan,
seperti misalnya kehidupan di bawah air, bentuk pantai (gua-gua, air terjun,
pasir dan sebagainya), hutan-hutan pantai dengan kekayaan jenis tumbuhannya,
burung-burung dan hewan lain. Keindahan dan keaslian lingkungan ini menjadikan
perlindungan dan pengelolaan merupakan bagian dari rencana pengembangan
pariwisata (Dahuri 2003). Dalam seluruh kegiatan
pelaksanaannya diharapkan masyarakat pesisir dapat meningkatkan taraf hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 1996. Kemitraan Kunci Perbaikan Nasib
Nelayan. Majalah Primadona Perikanan. Penerbit Masyarakat Perikanan Nusantara.
Edisi Oktober-Desember.
Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian. Edisi Ke-6. Rineka Cipta. Jakarta. 645 hal.
Bengen,
G., D. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor. 61 halaman.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu.
2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 Hal.
Dahuri, R., 2003.
Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah : Guru
Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumbedaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
2003. Kondisi Perikanan Indonesi. http:/www.dkp.go.id/contec.php. Kondisi Perikanan Indonesia
Dinas Perikanan dan
Kelautan Sumatera Utara. 2007.
Desiminasi Teknologi Budidaya Laut dan pantai di Provinsi Sumatera Utara.
Feliatra., 2004.
Pembangunan Perikanan dan Kelautan Indonesia. Diktat kuliah Ilmu Perikanan dan
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru. 156 hal.
Malik, B. A., 1998. Prospek Pembangunan Perikanan di Daerah
Riau, hal 158-185. dalam Feliatra. (editor)
Strategi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa
Negara. Universitas Riau Press. Pekanbaru.
BAB III USULAN PRAKTEK UMUM
III. METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan tempat
Praktek
umum akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 di Desa Lima laras Kecamatan Tanjung tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat dalam praktek umum ini adalah Handrefraktometer digunakan untuk
mengukur salinitas perairan, Thermometer
untuk mengukur suhu perairan, Secchidisk
untuk mengukur kecerahan perairan, Stopwatch
dan Current drough untuk mengukur
kecepatan arus, pH indikator untuk
mengukur pH, alat tulis, buku, kamera serta daftar kuisioner untuk mendapatkan
data sekunder dan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para
responden pengguna potensi perikanan dan kelautan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Praktek umum ini menggunakan metode survei, dimana pengamatan terhadap
kondisi dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan dilakukan
secara langsung di lapangan.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara terhadap nelayan, pedagang ikan maupun dengan
masyarakat setempat. Dimana data primer mengenai pengamatan kualitas air diambil dari pengukuran
langsung dilapangan dan waktu pengamatan kualitas air serta pengambilan sampel
air dilakukan pada pagi hari di tepi pantai. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dimana data tersebut meliputi
penangkapan, pengolahan dan pemasaran serta keadaan demografi wilayah
pengamatan.
Kuisioner yang telah tersedia adalah untuk nelayan, petani ikan, pengolah
dan pedagang ikan. Data primer ini dikumpulkan sesuai dengan petunjuk Arikunto
(2003) bahwa apabila subjek penelitian lebih besar dari 100 maka sebaiknya
diambil sampel 10-15 % dari populasi yang ada. Jika lebih kecil dari 100 maka
sebaiknya disensus secara keseluruhan sehingga merupakan penelitian populasi
dengan cara mencatat alat-alat yang dimiliki dan perlengkapan serta teknik
penangkapan yang digunakan.
Data
sumberdaya perikanan dan
kelautan seperti penangkapan, diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara terhadap nelayan dan instansi terkait mengenai jenis dan jumlah alat
tangkap, jumlah dan jenis armada yang digunakan, jenis ikan yang tertangkap
serta produksi hasil tangkapan. Untuk sumberdaya perikanan budidaya dilakukan
pengambilan data mengenai luas dan jumlah tambak atau keramba yang digunakan,
jenis ikan yang dibudidayakan serta produksi hasil budidaya. Untuk kegiatan pasca panen juga
dilakukan pengamatan dan wawancara mengenai jenis-jenis pengolahan, jenis ikan
yang diolah serta proses produksinya. Data pengguna potensi
perikanan dan kelautan diperoleh dari pengumpulan data primer yang diperoleh
dari hasil wawancara dengan responden dari kalangan pengguna potensi perikanan
dan kelautan terutama nelayan, pedagang dan masyarakat setempat. Prosedur dan
metode pengamatan data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan
langsung dan wawancara terhadap nelayan dengan cara pengisian kuisioner. Data
kualitas air yang diamati meliputi pH, Salinitas, Suhu, Kecerahan dan Kecepatan
arus. Prosedur dan metode pengamatan data kualitas air dilakukan dari pengamatan
langsung dilapangan dan waktu pengamatan kualitas air serta pengambilan
sampel air dilakukan pada pagi hari di tepi pantai. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan kertas pH indikator yang dicelupkan langsung ke
perairan kemudian dicocokkan dengan warna standarnya pada skala pH indikator. Pengukuran
salinitas yaitu dengan mengunakan Hand
Refractometer yang terlebih dahulu dikalibrasi dengan aquades, kemudian
diambil sampel air laut dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada
lensa yang terdapat pada Handrefractometer,
setelah itu dilihat pada layar yang ada pada Handrefractometer berapa salinitas dari air sampel yang diambil.
Pengukuran parameter kualitas
air yaitu: untuk mengukur suhu digunakan Thermometer
dengan mencelupkan Thermometer
beberapa saat ke dalam perairan kemudian dilihat nilai suhu pada Thermometer tersebut. Pengukuran
kecerahan perairan diukur dengan menggunakan Secchidisc yang diturunkan ke dalam perairan secara perlahan sampai
tidak kelihatan, setelah itu diukur jarak panjang tali Secchidisc dari permukaan perairan hingga kedalaman Secchidisc tidak terlihat (jarak
hilang). Kemudian Secchidisc ditarik
ke atas sampai Secchidisc kelihatan
dan diukur panjang talinya (jarak tampak). Untuk mendapat nilai kecerahan
perairan, jarak hilang ditambah jarak tampak dibagi dua. Kecepatan Arus diukur
dengan memberikan tali pada Current
Drouge dan diletakkan pada permukaan perairan yang berarus, kemudian diukur
jarak tempuh Current Drouge tersebut
dalam satuan waktu yaitu meter per detik (m/det) dari jarak awal diletakan
sampai posisi akhir.
3.4. Analisis Data
Data
primer dan data skunder yang diperoleh dikumpulkan serta ditabulasikan dalam
bentuk tabel kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif untuk
menemukan permasalahan dan dicarikan alternatif pemecahan masalahnya.
3.4.1.
Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan
langsung dan wawancara terhadap nelayan dari pengisian kuisioner yang disajikan kedalam Tabel BAB I. USULAN PRAKTEK UMUM
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia memiliki perairan
yang sangat luas dengan garis pantai sepanjang 95.181 km sehingga memiliki
potensi sumberdaya, terutama sumber daya perikanan laut yang cukup besar, baik
dari kuantitas maupun dari segi diversitas sehingga menjadi modal dalam pembangunan
bangsa dan negara Indonesia. Selain itu, Indonesia merupakan Negara kepulauan
terbesar di dunia, dengan jumlah pulau-pulau sekitar 17.504 pulau (Departemen
Kelautan dan Perikanan, 2003).
Secara geografis kepulauan dan perairan
Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara
benua Asia dan Australia, termasuk di dalamnya paparan Sunda di bagian barat
dan Paparan Sahul di bagian timur. Dengan luas tersebut beserta potensi lestari
yang terkandung didalamnya, Indonesia mempunyai potensi besar untuk
mengembangkan usaha perikanan dan kelautan.
Posisi Indonesia yang terletak di garis
khatulistiwa dan beriklim tropis menjadikan negara Indonesia terkenal dengan
kekayaan sumberdaya alamnya yang melimpah baik itu sumberdaya alam yang dapat
pulih maupun sumberdaya alam yang tidak dapat pulih. Sumberdaya alam yang
melimpah tersebut seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan mineral
seperti gas, timah, bijih besi dan lain-lain.
Laut penting artinya untuk menjadikan bumi sebagai tempat
kehidupan beranekanragam makhluk hidup, karena tergantung sumberdaya hayati dan
non hayati yang sangat dibutuhkan, terutama untuk kelangsungan hidup organisme
dan pemanfaatannya secara langsung maupun tidak langsung. Mengingat urgensi
laut dimasa sekarang ini peranan daerah pesisir dan lautan dengan cara
membudidayakan dan masyarakat teknik pendayagunaan.
Perikanan
merupakan salah satu kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati
perairan yang meliputi mahluk hidup berupa hewani maupun nabati yang sangat
penting dikembangkan, mengingat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya
pembangunan akhir-akhir ini yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan
pangan dan sumberdaya perairan.
Berkembangnya
suatu usaha perikanan dan kelautan tidak hanya didasarkan atas tradisi dan
pengalaman saja. Berbagai macam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna
mengembangkan usaha dan peningkatan produksi perikanan secara optimal, ada
beberapa cara untuk meningkatkan produksi perikanan antara lain Motorisasi
kapal perikanan, perluasan areal penangkapan, meningkatkan teknis serta pengetahuan
tentang penangkapan.
Secara
geografis, wilayah Sumatera Utara berhubungan dengan laut lepas yaitu Samudera Hindia
yang merupakan wilayah ZEE, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi
sumberdaya alam hayati laut maupun
pesisir yang dapat di andalkan untuk mendukung kehidupan masyarakat Indonesia.
Kabupaten Batu Bara
merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk
pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Batu Bara
berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat
Malaka. Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7
Kecamatan serta 100 Desa/Kelurahan Definitif ( Bappeda.batubarakab.go.id ).
Tanjung
Tiram adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten
Batu Bara, yang sebagian
besar wilayahnya ini berada dipingiran laut, dan karena itu nelayan menjadi mata pencarian utama,
disamping pertanian dan perkebunan. Wilayah
ini mempunyai Dermaga dan TPI (Tempat
Penjualan Ikan) yang dikenal sebagai "BOM". Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika
Jepang masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini ( Wikipedia.org/tanjungtiram
).
Desa Lima Laras merupakan sebuah desa
yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram yang memiliki letak strategis dari segi
ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi perikanan dan kelautan, serta
pariwisata di Desa Lima Laras masih belum
optimal dalam hal pengembangan dan pengelolaannya sehingga tidak mencukupi
kebutuhan pasar. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar nelayannya masih bersifat tradisional dan
kurangnya perhatian dari pemerintah setempat.
Sehubungan
dengan keadaan perikanan dan kelautan ini, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan peninjauan agar memperoleh
data yang aktual dan nyata tentang keadaan perikanan dan
kelautan di Desa Lima Laras serta merumuskan permasalahan yang ada yang diharapkan
dapat bermanfaat serta berguna dalam pembangunan dan pengembangan perikanan dan
kelautan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi
Sumatera Utara.
1.2. Tujuan
Praktek
Tujuan dari praktek umum ini adalah untuk melihat dan
mengetahui langsung keadaan umum perikanan dan kelautan yang meliputi Keadaan
sosial, ekonomi masyarakat nelayan, sektor perikanan dan kelautan yang meliputi penangkapan, budidaya,
pengolahan dan pemasaran, serta kegiatan dan permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara
Provinsi Sumatera Utara, sehingga kita dapat mencarikan alternatif
pemecahan masalahnya.
1.3. Manfaat
Praktek
Praktek ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
sebagai rujukan terhadap pengembagan usaha dan upaya pelestarian sumberdaya
perikanan dan kelautan khususnya bagi pemerintah daerah setempat dan Dinas
Perikanan dan Kelautan serta masyarakat pada umumnya.
PENDAHULUAN
Ilmu kelautan, adalah cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika;tektonik lempeng dan geologi dasar laut, dan arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan berbagai macam disiplin ilmu yang digabungkan para oseanograf untuk mempelajari lautan dunia dan memahami proses di dalamnya, yaitu biologi, kimia, meteorologi, fisika, dan geografi.
Langganan:
Postingan (Atom)