Rabu, 28 Mei 2014

Hasil PU dari Bab I - Daftar pustaka



                                       I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Secara geografis kepulauan dan perairan Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara benua Asia dan Australia, termasuk di dalamnya paparan Sunda di bagian barat dan Paparan Sahul di bagian timur. Dengan luas tersebut beserta potensi lestari yang terkandung di dalamnya, Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengembangkan usaha perikanan dan kelautan.
            Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis menjadikan negara Indonesia terkenal dengan kekayaan sumberdaya alamnya yang melimpah baik itu sumberdaya alam yang dapat pulih maupun sumberdaya alam yang tidak dapat pulih. Sumberdaya alam yang melimpah tersebut seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan mineral seperti gas, timah, bijih besi dan lain-lain.
            Laut penting artinya untuk menjadikan bumi sebagai tempat kehidupan beranekaragam makhluk hidup, karena tergantung sumberdaya hayati dan non hayati yang sangat dibutuhkan, terutama untuk kelangsungan hidup organisme dan pemanfaatannya secara langsung maupun tidak langsung. Mengingat urgensi laut di masa sekarang ini peranan daerah pesisir dan lautan dengan cara membudidayakan dan masyarakat teknik pendayagunaan.
                Perikanan merupakan salah satu kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan yang meliputi makhluk hidup berupa hewani maupun nabati yang sangat penting dikembangkan, mengingat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya pembangunan akhir-akhir ini yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan pangan dan sumberdaya perairan.
            Berkembangnya suatu usaha perikanan dan kelautan tidak hanya didasarkan atas tradisi dan pengalaman saja. Berbagai macam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna mengembangkan usaha dan peningkatan produksi perikanan secara optimal, ada beberapa cara untuk meningkatkan produksi perikanan antara lain motorisasi kapal perikanan, perluasan areal penangkapan, meningkatkan teknis serta pengetahuan tentang penangkapan.
Secara geografis, wilayah Sumatera Utara berhubungan dengan laut lepas yaitu Samudera Hindia yang merupakan wilayah ZEE, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya alam  hayati laut maupun pesisir yang dapat diandalkan untuk mendukung kehidupan masyarakat Indonesia.
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Batu Bara berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat Malaka. Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri atas 7 Kecamatan serta 100 Desa/Kelurahan Definitif ( Bappeda.batubarakab.go.id ).
Tanjung Tiram adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten Batu Bara, yang sebagian besar wilayahnya ini berada di pingiran laut, dan karena  itu nelayan menjadi mata pencarian utama, disamping pertanian dan perkebunan.  Wilayah  ini mempunyai Dermaga dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang dikenal sebagai "BOM".  Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika Jepang masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini ( Wikipedia.org/tanjungtiram ).
Desa Lima Laras merupakan sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram yang memiliki letak strategis dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi perikanan dan kelautan, serta pariwisata di Desa Lima Laras  masih belum optimal dalam hal pengembangan dan pengelolaannya sehingga tidak mencukupi kebutuhan pasar. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar nelayannya masih bersifat tradisional dan kurangnya perhatian dari pemerintah setempat.
Sehubungan dengan keadaan perikanan dan kelautan ini, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan peninjauan agar memperoleh data yang aktual dan nyata tentang keadaan perikanan dan kelautan di Desa Lima Laras serta merumuskan permasalahan yang ada yang diharapkan dapat bermanfaat serta berguna dalam pembangunan dan pengembangan perikanan dan kelautan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.

1.2. Tujuan Praktek Umum
            Tujuan Praktek Umum ini adalah untuk mengetahui secara langsung keadaan umum perikanan dan kelautan serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram  Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dan kemudian mencari alternatif penyelesaian masalah tersebut.
1.3. Manfaat Praktek Umum
            Manfaat yang dapat diperoleh dari Praktek Umum adalah sebagai informasi dan rujukan penelitian bagi pihak pihak yang memerlukan, merupakan sumbangan pemikiran terhadap pembangunan perikanan dan kelautan di masa yang akan datang serta sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam bidang perikanan dan kelautan bagi aparat pemerintah setempat baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sektor perikanan dan kelautan.









II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
            Di negara Indonesia yang kaya akan sumberdaya perairan, bidang perikanan dikelola oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Maksudnya, Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai pengatur dan pemberi kebijakan-kebijakan mengenai perikanan agar sumberdaya perikanan di Indonesia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat. Sedangkan perikanan itu sendiri adalah proses pengelolaan dan pemanfaatan lebih lanjut dari hewan yang hidup di air dengan cara memanfaatkan sumberdaya manusia, tumbuhan dan alat-alat lainnya (Rizqullah, 2008)
Wilayah pesisir menurut Dahuri et al. (2001) merupakan batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Terjemahan lain menyebutkan kawasan ini meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200 m ke arah darat dan arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang terendah. Maka untuk kepentingan pengelolaan penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir serta lautan beserta segenap sumberdaya yang tercakup di dalamnya, serta tujuan dari pengelolaan itu sendiri
Masyarakat pantai adalah masyarakat yang menempati wilayah  di kawasan pantai (Dahuri et al 2001). Wilayah pantai merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur utama yaitu daratan, lautan dan atmosfir. Proses tersebut berlangsung sejak bumi ini terbentuk dan bentuk wilayah pantai yang seperti terlihat sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran dan pembentukan tiga unsur utama alam tersebut.
Menurut Feliatra, (2004). Potensi perikanan dan kelautan Indonesia yang menjanjikan bukanlah suatu yang mustahil, mengembangkanya menjadi sumber devisa utama Indonesia di masa mendatang. Permasalahan dalam pengembangan perikanan dan kelautan diantaranya kondisi geografis, sarana dan prasarana, aktualisasi pemamfaatan tidak merata dan tidak seimbang, komitmen pemerintah, kualitas sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah  utama perikanan sekarang ini adalah penambangan pasir, dan masuknya kapal asing tanpa izin, yang membuat potensinya berkurang dan bahkan berbahaya pada daerah-daerah tertentu. 
Selanjutnya Budiharsono (2001) menyatakan bahwa rendahnya potensi sumberdaya kelautan yang sedemikian besar, terutama disebabkan oleh: (1) Pemerintah dan masyarakat masih mengutamakan eksploitasi daratan, (2) Teknologi eksplorasi dan eksploitasi lautan khususnya untuk penambangan minyak dan gas bumi serta mineral membutuhkan teknologi tinggi, (3) Kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam sektor kelautan masih rendah, khususnya perikanan tangkap, (4) Introduksi teknologi baru dalam perikanan tangkap tidak terjangkau oleh nelayan yang kondisi sosial ekonominya rendah, (5) Sistem kelembagaan yang ada belum mendukung pada pengembangan sektor kelautan. Untuk menjamin Maximum Suistenaible Yield di suatu perairan serta dalam rangka pemenuhan jumlah permintaan akan ikan, maka diperlukan adanya kegiatan budidaya.
Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi  manusia menyadari keberadaan laut dan potensi sumberdaya didalamnya. Menurut Widodo dalam Siahaan (2002), suau langkah untuk mengembangkan perikanan adalah mengetahi keadaan umum disuatu daerah, disamping mengetahui permasalahan sehingga dapat memberikan informasi yang bisa dikembangkan untuk pembangunan perikanan.
2.1.1. Penangkapan
                Menurut Von Brandt (1984) ada 16 metode penangkapan yang digunakan yaitu: 1) Penangkapan tanpa menggunakan alat (fishing without gear),                                   2) Penangkapan dengan melukai sasaran (fishing with wounding gear),                3) Penangkapan dengan dengan cara membius ikan atau memabukkan ikan (fishing with stupeying), 4) Penangkapan dengan menggunakan                          tali atau benang (line fishing), 5) Penangkapan dengan perangkap ( fishing with traps), 6) Penangkapan dengan merangkap suatu areal perairan (fishing with areal traps), 7) Penangkapan dengan jaring yang berkantong yang memiliki mulut (fishing with fixed mouth), 8) Penangkapan dengan alat yang ditarik di dasar pantai, 9) Penangkapan dengan dengan cara teknik melingkari setengah pantai (senning), 10) Penangkapan dengan cara mendorong alat di perairan (fishing with drived in method), 11) Penangkapan dengan cara teknik melingkari gerombolan ikan (fishing with surounding net), 12) Penangkapan dengan teknik mengangkat alat   di perairan (fishing lift net), 13) Penangkapan dengan cara menjatuhkan alat dari atas ke perairan (fishing with falling gear), 14) Penangkapan dengan cara menjerat insang ikan (fishing with gillnet), 15) Penangkapan ikan dengan cara membelit atau memuntal ikan (fishing with entangle nets), 16) Penangkapan dengan cara memakai mesin panen (harvesting machine).  Empat faktor yang harus diperhatikan dalam teknologi penangkapan yakni jenis kapal, ukuran kapal, jenis alat tangkapan yang digunakan dan keahlian yang dimiliki oleh nelayan.
Kapal motor adalah kapal yang menggunakan tenaga mesin dalam sebagai tenaga penggeraknya. Sebagian besar kapal motor di Indonesia terbuat dari kayu dan sebagian kecil lainnya terbuat dari besi.  Arisman (1982) bahwa keberhasilan suatu usaha penangkapan ikan selain ditentukan oleh keadaan alat-alat juga ditentukan oleh keseimbangan antara manajemen usaha perikanan dengan, sarana penunjang (tempat pendaratan ikan, sarana pengadaan), bahan-bahan keperluan penangkapan ikan serta mental dan keterampilan yang melaksanakannya.  Selanjutnya dikatakan pula bahwa tahap akhir yang perlu diperhatikan untuk menunjang pembangunan perikanan adalah masalah pemasaran hasilnya.
            Gunarso (1985) menyatakan bahwa untuk mendapat hasil tangkapan yang baik dipengharuhi oleh alat tangkapan itu sendiri seperti konstruksi, bahan dan teknik, keadaan lingkungan antara lain : cahaya, arus, tingkah laku ikan serta keterampilan nelayan yang mengoperasikan alat tersebut.  Selanjutnya dikatakan bahwa apabila suatu operasi penangkapan ikan dengan baik maka harus mengetahui tingkah laku ikan seperti migrasi, scooling dan daerah pemijahan.
            Untuk suatu usaha fishing methods haruslah dilandasi suatu pengetahuan yang mendalam tentang fish behaviour saat tertentu ataupun dalam suatu periode musim, dalam keadaan  alamiah ataupun dalam keadaan diberikan perlakuan-perlakuan penangkapan (Ayodhyoa dalam Sudirman, 2004).
            Sudirman (2004) menyatakan bahwa perubahan dari fishing ground kearah yang lebih jauh dari pantai, yang sehubungan dengan itu akan terjadi pula perubahan kedalaman perairan, dengan perkataan lain dari perairan dangkal keperairan yang lebih dalam.  Dikatakan daerah kontinental shelf defth sampai sekitar 200 m, merupakan fishing ground yang banyak dipakai, tetapi dengan kapal yang lebih besar mungkin dilakukan penangkapan ikan-ikan dasar pada deph yang lebih dalam dari 350 m.
2.1.2. Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan adalah suatu kreasi manusia untuk memelihara, membesarkan dan menumbuhkan  ikan dalam suatu wadah yang terkontrol dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkunganserta menghasilkan keuntungan yang tinggi (Tang, 2003).
Pada dasarnya budidaya ikan terdiri atas pembenihan dan pembesaran (Sutisna dan Sutarmanto dalam Syofnelli, 2000). Diperjelas bahwa pembenihan ikan menyangkut 2 hal, yaitu breeding dan seeding. Breeding adalah perlakuan terhadap induk sehingga menghasilkan larva. Seeding adalah penanganan mulai dari larva sampai dengan benih yang siap untuk dipasarkan.
Selanjutnya Ahmad dalam Syofnelli, (2000) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya ikan kolam yaitu: 1) tanah kolam sebaiknya liat dan mengandung humus, 2) topografi tanah tidak terlalu datar dan tidak terlalu miring (3-5 %), 3) tersedia air dalam kualitas yang baik dan kuantitas yang cukup. Selain itu juga perlu diperhatikan adalah lingkungan yang mungkin akan mempengaruhi mutu air jenis ikan yang dipelihara dan jauh dekat dari pasar.
Menurut Djangkarau (2002), Teknologi budidaya ikan terdiri atas rangkaian usaha yang meliputi pembenihan, pembesaran, pemberian pakan, pengelolaan air, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan hasil dan pemasaran. Habitat ikan air tawar diantaranya adalah sungai, rawa, danau, waduk, empang, sawah, kolam, irigasi dan kolam tadah hujan.
            Makanan merupakan faktor yang sangat penting terhadap keberhasilan budidaya ikan. Agar ikan yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan optimal, diperlukan makanan yang berkualitas dan sesuai dengan selera ikan.
Rahardi et al. (2001), menjelaskan bahwa budidaya perikanan adalah semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam ataupun yang dibuatkan tempat sendirinya, dengan adanya campur tangan manusia. Jadi pengertian budidaya bukan hanya memelihara ikan didalam kolam, tambak, empang, akuarium, sawah dan sebagainya. Namun, secara luas pengertian ini juga mencakup mengusahakan komoditi perikanan di danau, sungai, waduk dan laut. Dengan tujuan untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil ikan yang hidup dialam secara liar.
2.1.3. Pengolahan Hasil Perikanan
            Pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mugkin dengan tujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan dan kerusakan. Ikan segar atau ikan basah adalah ikan yang belum atau tidak diawetkan dengan apapun kecuali semata-mata didinginkan dengan es. Penanganan ikan segar ini dilakukan sejak ikan ditangkap sampai saat diterima oleh pemakainya konsumen (Murniyati dan Sunarman, 2000).
            Ikan yang belum diawetkan dengan apapun kecuali semata-mata didinginkan dengan es masih digolongkan kepada ikan segar atau ikan basah. Penanganan ikan segar ini dilakukan sejak ikan ditangkap sampai saat diterima konsumen (Effendi, 2009).
Berdasarkan prinsip-prinsip dalam bidang perikanan, terdapat beberapa variasi dalam mengolah dan mengawetkan ikan, disamping dalam mempertahankan kesegaran ikan yang diantranya adalah pendinginan, pembekuan, pengasaman, pengasapan, penggaraman, pengalengan dan pengeringan. Pembuatan hasil olahan khususnya kamaboko, bakso ikan, surimi, sashimi, Fish protein concentrate (FPC), (Muniyati dan Sunarman, 2000).
Penggaraman merupakan cara pengawetan yang sudah lama dilakuakan orang. Pada proses penggaraman, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang (Adawyah, 2008).
2.1.4. Pemasaran
Sistem pemasaran hasil perikanan Indonesia bersifat tradisional karena usaha pembaharuannya belum lagi dilakukan secara baik pada setiap rantai pemasaran. Dengan demikain perluasan daerah kegiatan pemasaran belum efisien yang menyebabkan biaya pemasaran menjadi tinggi. Nelayan memperoleh nafkah dari penjualan hasil tangkapannya. Menjual sendiri hasil tangkapan ke pasar yang jaraknya jauh dari tempat tinggal mereka (Direktoral Jendral Perikanan, 2000).
Rahardi et al. (2001) menyatakan bahwa tiga macam cara distribusi komoditi hingga sampai ke tangan konsumen, yaitu penyaluran langsung, yaitu produsen langsung menjual produk ke konsumen. Ini sering dilakukan oleh petani ikan dalam skala kecil dan para nelayan. Kemudian semi langsung, yaitu pengusaha/produsen menyalurkan hasil produksi ke tangan pedagang eceran. Kemudian, dari tangan pedagang eceran komoditi perikanan disalurkan ke konsumen. Ada juga penyaluran tidak langsung, yaitu dipengaruhi jarak produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit tata niaga yang harus dilalui.
                Malik (1998) mengemukakan bahwa tantangan yang dihadapi nelayan dan petani ikan skala kecil masih dicirikan dengan masalah-masalah sosial ekonomi seperti tingginya biaya produksi, tidak meratanya kepemilikan, rendahnya nilai investasi, lemahnya kelembagaan nelayan, konflik dengan usaha perikanan padat modal dan ketidaksempurnaan pasar (market iperfection).
            Agar usaha perikanan dapat berjalan dengan baik dan lancar, diperlukan modal disamping tenaga kerja Mosher dan Mobyarto (1987) berpendapat bahwa keterbatasan modal akan mengakibatkan sempitnya ruang gerak usaha yang dikerjakan.




III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat
            Praktek Umum ini dilakukan  pada bulan Oktober 2013, bertempat di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1).
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dilgunakan dalam Praktek Umum ini adalah sebagai berikut: Hand-refractometer digunakan untuk mengukur salinitas perairan, Thermometer untuk mengukur suhu perairan, Secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan, Stopwatch dan Current drough untuk mengukur kecepatan arus, pH indicator untuk mengukur pH, alat tulis dan daftar kuisioner yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder dan data primer  yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para responden pengguna potensi perikanan dan kelautan di Desa Lima Laras. Camera digital digunakan untuk mendokumentasikan hasil dari Praktek Umum yang telah dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh.
3.3. Metode Praktek
Praktek Umum ini menggunakan metode survei, dimana dilakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan di Desa Lima Laras. Pengumpulan data primer dilakukan melalui  wawancara dengan para responden dari kalangan pengguna potensi perikanan dan kelautan terutama nelayan dan penduduk setempat, sedangkan hasil data pengukuran kualitas air diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dengan menggunakan alat (Lampiran 6). Data sekunder dikumpulkan dari Kantor Kepala Desa Lima Laras.
3.4. Pengukuran Kualitas Air         
3.4.1.  Kecerahan
Pengukuran kecerahan perairan dilakukan dengan menggunakan secchi disk yang diturunkan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak kelihatan. Kedalaman dicatat kemudian secchi disk diturunkan hasil yang diperoleh dari pengukuran tersebut dicatat (jarak hilang). Kemudian secchi disk ditarik sampai kelihatan kembali dan ukur jaraknya (jarak tampak) kemudian jarak tampak ditambah jarak hilang dibagi dua.
3.4.2.  Suhu Perairan
Pengukuran suhu dilakukan dengan mencelupkan thermometer kedalam perairan. Thermometer diikat pada bagian pangkal kemudian thermometer dibiarkan di dalam  perairan selama  kurang lebih 5 menit, setelah itu amati kenaikan air raksa di thermometer dengan tidak mengeluarkan thermometer dari dalam perairan. Suhu dapat dicatat setelah thermometer menunjukan angka tetap.



3.4.3.  Kecepatan Arus
            Pengukuran kecepatan arus permukaan menggunakan current drogue yang dihanyutkan dimana jarak antara tempat menghanyutkan current drogue dan tempat berhentinya telah ditentukan terlebih dahulu. Untuk menghitung waktunya digunakan stopwatch. Kecepatan arus diukur dengan menstandarkan jarak yang ditempuh current drogue (meter) dalam waktu (detik).

V = Kecepatan Arus (m/s)
S = Jarak (Meter)
T = Waktu (detik)

3.4.4.  Derajat Keasaman (pH)
            Pengukuran pH perairan dilakukan dengan menggunakan pH indicator universal. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan kertas pH indicator ke perairan dan dilihat perubahan warna yang terjadi kemudian dibandingkan dengan papan standar nilai.
3.4.5. Salinitas Perairan
            Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan hand-refractometer. Cara pengukuran salinitas adalah sebagai berikut: hand-refractometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan aquades, skala salinitas pada alat harus menunjukkan angka nol, kemudian sampel air diambil dengan menggunakan pipet tetes secukupnya. Skala salinitas yang ditunjukkan oleh hand-refractometer kemudian dicatat.
3.5. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil Praktek Umum kemudian dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel yang selanjutnya data tersebut dianalisis dan disusun dalam bentuk laporan untuk mengetahui permasalahannya dan dicari alternatif permasalahannya.
















IV. KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK

4.1. Letak Geografis
Desa Lima Laras merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Desa Kuala Indah terletak pada posisi antara 99° 39' 12" BT - 99° 35' 52" BT dan 3° 10' 48" LU - 3° 13' 04" LU (Lampran 1). Daerah pantainya berupa lumpur berpasir dan panjang pantai 8000 m. Daerah ini berada pada ketinggian 4 meter di atas permukaan laut, memiliki luas wilayah 1.200 Ha, luas hutan mangrove 156 Ha, dan suhu rata-rata 27oC. Secara geografis Desa Lima Laras sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Mulia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Guntung, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ujung Kubu.
4.2. Demografi Penduduk
4.2.1. Penduduk
Penduduk adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal pada suatu wilayah dalam waktu tertentu dan merupakan hasil proses demografi yaitu natalitas, mortalitas dan migrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Lima Laras, kepala keluarga di Desa Lima Laras pada tahun 2012 yaitu berjumlah 1.369 KK. Jumlah total penduduknya yaitu 3.892  jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.996 jiwa (51,28%) dan perempuan 1.896 jiwa (48,72%) (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Lima Laras  Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara  Tahun 2012 .

No
Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
Laki - laki
1.996
51,28
2.
Perempuan
1.896
48,72

Jumlah
3.892
100
Sumber : Kantor Desa Lima Laras 2012
            Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara lebih banyak dari pada perempuan.
Tabel  2.     Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 .

No
Kelompok umur (Tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1.
0 - 5
203
5,21
2.
6 - 15
709
18,21
3.
16 - 25
1156
29,71
4.
26 -  55
1367
35,12
5.
>55
457
11,75
Jumlah

3.892
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012

Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada Desa Lima Laras, usia yang mendominasi jumlah penduduknya yaitu usia 26-55 tahun dengan persentase dari seluruh jumlah penduduk sebesar 35,12% atau sebesar 1367 jiwa.  Sedangkan pada urutan kedua populasi jumlah penduduk terbanyak sebesar  1156 jiwa atau sebesar 29,71%  yaitu pada usia 16 – 25 tahun.  Jumlah penduduk yang didominasi oleh usia muda di Desa Lima Laras  ini sebagian besarnya merupakan penduduk yang masih dalam masa pendidikan dan belum produktif.  Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu pada usia 0 – 5 tahun yaitu sebesar 203 jiwa atau sebesar 5,21% yang merupakan penduduk kurang produktif.
4.2.2. Pendidikan
            Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat baik yang diperoleh melalui jenjang pendidikan formal maupun nonformal. Perkembangan dan kemajuan dunia berawal dari pendidikan. Pendidikan merupakan modal dasar dalam meningkatkan pola berpikir masyarakat dan salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu daerah. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap mudah atau tidaknya masyarakat atau nelayan dalam menerima pembaharuan dan teknologi yang terus berkembang. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada  Tabel 3.
Tabel 3.     Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.

No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
Tidak Sekolah
431
11,08
2.
Belum Sekolah
203
5,21
3.
Tidak Tamat SD
698
17,93
4.
Tamat SD
1.004
25,80
5.
SLTP
862
22,15
6.
SLTA
613
15,75
7.
Diploma / Sarjana
81
2,08
 Jumlah

3.892
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan penduduk merupakan faktor penentu dalam menerima konsep pembaharuan selanjutnya. Perkembangan dan pembaharuan pembangunan di desa akan mudah dilakukan apabila pola pikir masyarakatnya maju, atau dengan kata lain bila semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah dan cepat masyarakatnya mengikuti perubahan – perubahan yang terjadi. Dan sebaliknya apabila tingkat pendidikannya rendah maka akan semakin sulit masyarakatnya untuk menerima perubahan – perubahan yang terjadi dan akan menghambat perkembangan desa tersebut.
Saat dilaksanakan pengumpulan data di Kantor Kepala Desa Lima Laras berdasarkan tingkat pendidikannya, data yang didapatkan berdasarkan tingkat pendidikannya adalah data yang disusun tahun 2012. Adapun hasil wawancara dengan beberapa pegawai kantor Kepala Desa dan warga setempat (orangtua dan anak sekolah) mengenai kelanjutan pendidikan anak – anak, mereka menyebutkan bahwa anak – anak yang telah tamat Sekolah Dasar kebanyakan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Lanjutan karena sudah banyak dilibatkan membantu orangtua mereka melaut. Dan ada juga yang memutuskan tidak melanjutkan sekolah karena bisa mencari duit sendiri dengan melaut.
Adanya kendala pendidikan di Desa Lima Laras diakibatkan terbatasnya sarana pendidikan lanjutan yang dapat digunakan oleh penduduk setempat. Adapun sekolah lanjutan yang tersedia berada di desa tetangga, sehingga menyulitkan bagi mereka yang kurang bersedia menempuh jarak yang jauh dari desa mereka.

4.2.3. Mata Pencaharian
            Ditinjau dari segi mata pencaharian, penduduk Desa Lima Laras mempunyai jenis  mata pencaharian yang beranekaragam (Tabel 4).




Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No.
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
2
3
4
5
6
7
8
Nelayan
Petani
Pedagang
PNS
Pegawai Swasta
Buruh
Belum/ Tidak bekerja
Dan lain lain
1369
  456
  204
  126
  168
  421
1037
  111
35,17
11,71
  5,24
  3,23
  4,31
10,81
26,64
  2,85

Jumlah
     3.892
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
            Dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Lima Laras adalah nelayan dengan persentase sebesar 35,17% yang seluruhnya merupakan nelayan tetap dan nelayan sambilan. Penduduk yang tidak kerja mencapai urutan kedua dengan persentase 26,64%. Besarnya minat masyarakat terhadap sektor perikanan terutama perikanan tangkap didukung oleh luasnya areal perairan yang kaya akan sumberdaya kelautan.
4.2.4. Agama dan Etnis
            Agama merupakan batasan atau aturan yang mengikat agar para penganutnya dalam menjalani kehidupan memiliki landasan yang harus dipatuhi agar tidak melanggar norma-norma yang ada. Agama yang dianut oleh penduduk Desa Lima Laras yaitu Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Sementara, etnis atau suku yang terdapat di Desa Lima Laras adalah Melayu, Jawa, Bugis, Minang dan Batak (Tabel 5).


Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No
Jenis Agama
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1.
Islam
3198
82,17
2.
Kristen Protestan
512
13,15
3.
Katolik
182
4,68
Jumlah

3.892
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
            Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Lima Laras  adalah  beragama Islam dengan persentase sebesar  82,17%  yaitu 3198 jiwa, Sedangkan agama lainnya seperti Kristen Protestan 13,15% dan Katolik 4,68% merupakan agama yang dianut oleh pendatang dari luar Desa Lima Laras.
            Berdasarkan suku atau etnis yang terdapat di Desa Lima Laras ini adalah Melayu yang merupakan suku asli penduduk tersebut  (Tabel 6).
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
Suku Bangsa
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
Melayu
1886
48,46
3
Minang
562
14,44
4
Jawa
681
17,50
5
Batak
694
17,83
6
Bugis 
69
  1,77
Jumlah
3.892

100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
            Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Lima Laras adalah Melayu dengan persentase sebesar 48,46 % yaitu 1886 jiwa.  Sedangkan etnis lainnya seperti Jawa, Batak, Bugis, dan Minang merupakan masyarakat pendatang dari luar Desa Lima Laras.
4.3. Sarana dan Prasarana
4.3.1. Administrasi Desa
Desa Lima Laras merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara. Desa Lima Laras dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dalam menjalankan tugas Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, 4 orang Kepala Urusan (KAUR) yaitu Kaur Pemerintahan, Kaur Masyarakat, Kaur Kesejahteraan dan Kaur ketertiban serta 5 orang Kepala Dusun (KADUS).

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Lima Laras (Sumber : Kantor Desa Lima Laras)






4.3.2. Sarana Pendidikan
            Pendidikan merupakan modal dasar untuk mengembangkan pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan suatu daerah guna menunjang dan meningkatkan kualitas sumberdaya terutama sumberdaya manusia. Untuk menunjang aktivitas belajar dan mengajar diperlukan fasilitas-fasilitas yang cukup dan memadai.
Fasilitas pendidikan di Desa Lima Laras sendiri belum cukup baik Karena sarana dan prasarana pendidikan di desa  ini belum memadai, ini bias dilihat dari jumlah sekolah yang ada di desa Lima Laras pada Tabel 7.
Tabel  7. Jumlah Sarana  Pendidikan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.


No
Sarana pendidikan
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
TK
1
20
2.
SD
3
60
3.
SMP/MTs
1
20
Jumlah

5
100
Sumber : Kantor Desa Lima Laras 2012
Desa Lima Laras memiliki 1 unit TK swasta, dan 3 unit SD (Sekolah Dasar) Negeri, di Desa Lima Laras juga terdapat 1 MTs N 2 Lima Laras yang tidak jauh dari Desa Lima Laras.
4.3.3. Sarana Ibadah
Sarana ibadah yang tersedia di Desa Lima Laras untuk penduduk yang bergama islam yaitu berupa Mesjid dan Mushollah (Tabel 8).
Tabel  8. Jumlah dan Jenis Sarana Ibadah di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No
Sarana Ibadah
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
Mesjid
2
28,58
2.
Mushollah
5
71,42
Jumlah

7
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
Sarana ibadah yang terdapat di Desa ini memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing dan sarana yang memadai sangat mendukung aktivitas ibadah bagi masyarakat. 
4.3.4. Kesehatan
            Kesehatan merupakan masalah yang sangat mendasar dan penting didalam kehidupan manusia. Tingkat kesehatan masyarakat sangat erat hubungannya dengan pola hidup masyarakat  di daerah sekitar dan perhatian pemerintah seperti aspek kebersihan, pola makan yang sehat dan kebiasaan berobat. Dengan lingkungan yang bersih dan didukung oleh kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan yang baik maka secara langsung akan menciptakan lingkungan yang sehat. Tingkat kepedulian masyarakat terhadap kesehatan secara umum masih sangat rendah, baik dalam hal kebersihan lingkungan, memakan makanan yang memenuhi standar gizi dan kebiasaan memeriksa kesehatan secara teratur.
Adapun sarana kesehatan yang terdapat di Desa Lima Laras adalah 1 unit Puskesmas dan 2 unit Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Sedangkan tenaga kesehatan yang siap siaga yang terdapat di Desa Lima Laras adalah 1 orang dokter, 3 orang bidan (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan di  Desa Lima Laras Kecamatan  Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No
Sarana Kesehatan
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
Puskesmas
1
33,34
2.
Posyandu
2
66,66
Jumlah

3
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
4.3.5. Sarana Transportasi dan Telekomunikasi
            Transportasi dan komunikasi merupakan salah satu faktor penunjang pembangunan ekonomi di suatu daerah. Apabila sarana transportasi dan komunikasi lancar, maka lancar juga transportasi barang dan jasa ke daerah tersebut. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting, bagi kelancaraan pembangunan di suatu daerah terutama di bidang ekonomi. Jalan yang menghubungkan Desa Lima Laras dengan Desa - desa  lainnya sudah terbentuk jalan aspal dan berada dalam kondisi yang baik.
            Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Desa Lima Laras sarana transportasi umum yang tersedia di desa  ini berupa transportasi darat dan laut . Pada umumnya masyarakat di desa  ini menggunakan angkutan darat seperti bus, mobil dan motor untuk melakukan kegiatan sehari-hari, sedangkan untuk transportasi laut masyarakat di desa  ini juga menggunakan perahu boat, dan pompong.
Sedangkan sarana komunikasi yang ada di Desa Lima Laras sudah sangat baik, sarana komunikasi yang utama dan banyak digunakan adalah handphone (Hp), hampir setiap keluarga sudah mempunyai handphone dan sarana informasi yang ada di desa  ini adalah televisi dan radio.
4.3.6. Lembaga Keuangan
            Lembaga keuangan sangat penting dalam usaha untuk melancarkan proses dari peredaran uang itu sendiri selain tempat untuk usaha simpan pinjam. Di Desa Lima Laras ini terdapat 1 unit koperasi simpan pinjam. Masyarakat bisa meminjam uang dari koperasi ini dengan syarat harus menjadi anggota terlebih dahulu.
4.3.7. Penggunaan Lahan
            Luas wilayah Desa  Lima Laras adalah seluas  1.200 Ha, dengan pembagian dari  penggunaan  lahan  di Desa Lima Laras mencakup wilayah pemukiman 648 Ha, untuk kawasan sawah atau ladang dan sisanya berupa lahan kosong yang belum dikelola.
            Pembagian penggunaan lahan di desa ini belum merata. Hal ini terlihat dari wilayah pemukiman yang baru sekitar pinggir pantai saja. Untuk di pedalaman, masih hutan dan hanya terdapat beberapa rumah di sana. Begitu juga dengan lahan perkebunan masih belum tertata rapi disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah di desa ini.








V. KEADAAN UMUM  SUMBERDAYA PERIKANAN

5.1. Sumberdaya Perairan
            Perairan merupakan genangan yang luas dengan tinggi dan luas permukaan air berfluktuasi kecil, yang kedalamannya dapat dangkal, atau sangat dalam, mempunyai atau tidak mempunyai sungai yang mengalir ke dalam atau ke luar perairan, terbentuk secara alami dan terisolasi dari laut. Sumberdaya perairan terdiri dari sumberdaya perairan darat dan sumberdaya laut, sedangkan pada Desa Lima Laras  ini hanya memiliki sumberdaya perairan laut.
5.1.1. Perairan Laut
            Berdasarkan hasil pengamatan dan keterangan yang diperoleh dari kantor Desa Lima Laras beserta informasi yang dikumpulkan dari masyarakat setempat. Desa Lima Laras memiliki potensi perikanan dan kelautan yang bisa untuk dikembangkan, diantaranya keramba.
            Kondisi perairan laut yang terdapat di Desa Lima Laras tergolong baik, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.  Hal itu dapat dilihat dengan minim dan sederhananya alat tangkap dan armada penangkapan yang digunakan nelayan. Hasil sumberdaya perikanan yang berada di perairan ini lebih banyak didominasi oleh ikan pelagis kecil. Nelayan setempat masih menggunakan alat tangkap yang masih sederhana atau tradisonal, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak begitu besar.
Kondisi pantai dengan Mangrove yang tumbuh meluas pada substrat lumpur dan pasir.
Vegetasi mangrove didesa Lima Laras mempunyai fungsi biologis yaitu berfungsi sebagai tempat asuhan  (nursey ground), tempat memijah (spawning ground) maupun tempat mencari makan (feeding ground) bagi berbagai jenis hewan akuatik yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti ikan, udang dan kerang-kerangan.  Di daerah pesisir pantai Desa lima Laras ditemukan komunitas mangrove, seperti Rhizopora sp, Bruguiera sp, dan Avicennia sp.
5.1.3. Parameter Fisika - Kimia Perairan
            Rata-rata dari parameter kualitas perairan di Desa Lima Laras yang dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Data Parameter Kualitas Air di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No
Parameter Kualitas Air
Hasil Pengukuran
1.
Salinitas
24 – 29 ‰
2.
Suhu
27oC
3.
pH
7
4.
Kecerahan
40 cm
5.
Kecepatan Arus
15,5m/dt
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa suhu perairan di Desa Lima Laras adalah 270C. Suhu tersebut merupakan suhu yang normal di perairan laut. Menurut Nontji (2000) menyatakan bahwa suhu air permukaan di perairan nusantara umumnya berkisar 25-310C, dimana suhu air merupakan faktor yang penting bagi lingkungan perairan. Setiap spesies atau kelompok ikan mempunyai batas toleransi maksimum dan minimun untuk hidupnya.
Salinitas perairan di Desa Lima Laras adalah 24-29 ppt, salinitas ini merupakan salinitas normal pada perairan laut terutama pada perairan semi terbuka. Nontji (1993), menyatakan bahwa salinitas perairan bervariasi dipengaruhi oleh aliran air sungai atau tawar, curah hujan, penguapan (evaporasi) dan sirkulasi air laut.
Salinitas pada suatu tempat dapat berubah sesuai dengan pasang surut air laut. Pada waktu pasang air laut mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi yang dibawa dari arah laut terbuka menuju pantai, sedangkan pada waktu surut akan dipengaruhi oleh aliran air dari daratan (sungai) sehingga akan menyebabkan salinitas akan turun. Salinitas perairan berubah seirama dengan pasang surut, dan bervariasi dari suatu tempat ketempat yang lain. Semakin dekat dengan  muara sungai maka salinitasnya akan semakin rendah. Nontji (1993) menyatakan bahwa salinitas perairan selalu berubah yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai.
Kecerahan pada perairan Desa Lima Laras adalah 40 cm. Pada perairan alami kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor terpenting untuk menentukan produktivitas alami. Menurut Birowo (1991) menyatakan bahwa perairan laut yang nilai kecerahannya < dari 1 meter dapat di katakan rendah.
Kecepatan arus di perairan ini adalah 15,5 cm/det. Sehingga perairan ini dapat dikategorikan sebagai perairan yang memilki arus lambat ( Harahap, 1999). Timbulnya arus di perairan terutama di permukaan selain dipengaruhi oleh angin, juga di pengaruhi oleh salinitas dan adanya air yang masuk dari berbagai arah. Kecepatan arus yang terjadi di sekitar pantai dipengaruhi oleh kedalaman, keadaan topografi sekitar pantai dan pulau di dengan penyebaran organisme yang ada di perairan.
Derajat keasaman (pH) yang diperoleh yaitu bernilai 6-7 merupakan nilai pH normal untuk air laut. Menurut Romimohtarto (1991),  bahwa pH yang baik untuk mendukung kehidupan organisme laut adalah berkisar antara 6,5 sampai 8,5. Nilai pH memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air antara lain berpengaruh terhadap respirasi.
5.2. Sumberdaya Perikanan
5.2.1. Penangkapan
5.2.1.1. Masyarakat  Nelayan
Kegiatan perikanan yang terdapat pada Desa Lima Laras adalah perikanan tangkap. Usaha penangkapan ini dilakukan oleh masyarakat yang umumnya mendiami daerah pesisir laut maupun daerah sepanjang aliran sungai.
Sebagian besar dari masyarakat Desa Lima Laras bermata pencaharian sebagai nelayan, ada yang sebagai nelayan tetap dan ada juga sebagai nelayan sambilan. Nelayan tetap adalah nelayan yang mata pencaharian utamanya menangkap ikan sepanjang tahun dan kehidupannya sangat tergantung hasil penjualan ikan, sedangkan nelayan sambilan adalah nelayan yang menangkap ikan hanya untuk dikonsumsi sendiri, mata pencaharian utama nelaya sambilan adalah sebagai petani, pedagang dan sebagainya.
Tabel 11. Jumlah dan Status Nelayan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No
Status Nelayan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
Nelayan Tetap
1067
77,94
2.
Nelayan Sambilan
302
22,06
Jumlah

1369
100
Sumber: Kantor Desa Lima Laras 2012
            Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah nelayan tetap mendominasi dengan jumlah 1067 jiwa dibandingkan dengan nelayan sambilannya yang hanya berjumlah 302 orang.
5.2.1.2. Alat Penangkapan Ikan
            Alat tangkap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi banyak atau tidaknya hasil tangkapan yang didapatkan nelayan pada saat melaut, semakin canggih alat yang digunakan maka akan semakin banyak hasil tangkapan nelayan. Alat tangkap yang ada di Desa Lima Laras  berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No
Jenis Alat Tangkap
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
Jaring insang (Gill net)
15
12,5
2.
Pancing
30
25
3.
Rawai
60
50
4.
Jala
15
12,5
Jumlah

120
100
Sumber: Kantor Desa Lima Laras 2012

            Gill net disebut juga jaring insang karena ikan-ikan yang tertangkap umumnya tersangkut pada insangnya. Jaring insang merupakan alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang terbuat dari nilon multifilamen dan mempunyai ukuran mata yang sama. Bagian atas dilengkapi dengan tali ris atas dan ris bawah. Pelampung yang digunakan pada alat ini ada beberapa jenis seperti botol plastik dan jenis yang terbuat dari karet yang langsung diikatkan pada tali ris atas berdiameter 4-5 cm, serta pemberat pada bagian bawah. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled). Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya ikan herring (Anchoa Mitchilli), Ikan sebelah (Isettodes irumei), mackerel/Payang (Decapterusruseklli), yellow tail/ Pelata (Chilosellium indicum), tongkol (Euthynnus affinis), cakalang (Katsuwonus pelamis), layaran (Istiophorus platypterus), selar (Selar Crumenophthalmus), dan lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi tujuan penangkapan jarring. Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.
            Jala merupakan jenis alat tangkap yang badannya terbuat dari jaring, semakin ke bawah jumlah mata jaringnya semakin banyak, sehingga bila badan alat dikembangkan maka akan membentuk kerucut yang panjang dan besar. Alat tangkap ini bersifat menungkupi dan mengurung ikan atau udang agar tidak dapat melarikan diri. Pada bagian bawah alat tangkap ini diberi pemberat berupa rantai yang dipasang mengelilingi seluruh bibir alat tangkap. Penangkapan dapat dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlalu dalam atau dekat dengan pantai. Hasil tangkapan terutama tembang (Clupea fimbriata), lemuru (Sardinella longiceps), japuh (Dussumieria spp.), ted (Stolephoms spp), selanget (Dorosama spp), kembung (Rastreuiger spp.) dan lain-lainnya.
            Rawai adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari rangkaian tali temali yang bercabang-cabang dan tiap cabang diikatkan sebuah mata pancing. Daerah penangkapan rawai sekitar 4 km dari pantai dengan menggunakan perahu dayung dan perahu motor. Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis, seperti jenis-jenis ikan tuna terutama mandidihang (Thunus albacares) dan tuna mata besar (Thunus obesus).
            Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari mata pancing, tali pancing, umpan dan berbagai perlengkapan lainnya seperti joran, pelampung, pemberat dan lain-lain. Pancing ini dapat dibedakan menjadi dua kategori :
1. Alat tangkap pancing berumpan
• Pancing tangan dan pancing ulur sederhana
Jenis pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada di tanah air antara lain : pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain kakap merah (Lutjanus argentimaculatus), kuwe (Caranx sp). Dan lain sebagainya.
• Alat pancing bergagang
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan biasanya kakap merah ekor kuning, belanak, kakap serta lainnya.
5.2.1.3. Armada Penangkapan
            Untuk meningkatkan hasil penangkapan nelayan dibutuhkan armada penangkapan yang memadai, armada penangkapan berperan sebagai transportasi dalam pengoperasian alat tangkap, dengan adanya armada penangkapan ini maka akan mempermudah nelayan melakukan operasi penangkapan. Armada penangkapan yang ada di Desa Lima Laras terdiri atas perahu motor dan perahu dayung (Lampiran 3). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jenis dan Jumlah Armada Penangkapan di Desa Lima Laras           Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi       Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
Jenis Armada
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
Perahu Motor
28
37,34
2.
Perahu Dayung
47
62,66
Jumlah

75
100
Sumber: Kantor Desa Lima Laras 2012

5.2.1.4. Produksi Perikanan
            Produksi perikanan di Desa ini masih tergolong sedang berkisar antara 6 _ 15 ton per tahun, ini disebabkan oleh armada penangkapan dan alat tangkap yang digunakan oleh Nelayan yang masih tradisional serta kurang memadai jumlahnya.  
Tabel 14. Jumlah Produksi Perikanan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.

No
Jenis Ikan
Nama Ilmiah
Jumalah Hasil Tangkapan / Tahun
1.
Ikan Selar
Caranx leptolepis
± 1,5 Ton
2.
Ikan Tongkol
Euthynnus pelamis
± 2,3 Ton
3.
Ikan Biang
Setipinna sp
± 3,2 Ton
4.
Udang
Metapenaeus sp
± 2,5 Ton
5.
Ikan Hiu
Carcharhinus menisorrah
±  6,4 Ton
6.
Ikan Selikur
Botia hymenophysa
±  3,5 Ton
7.
Ikan Bandeng
Chanos chanos
±  3,5 Ton
8.
Ikan Bawal Putih
Pampus argenteus
±  1,5 Ton
9.
Ikan lidah
Solea humilis
± 1,5 Ton
10.
Ikan Sarden
Amblygaster sirm
± 1,7 Ton
Sumber : Data Primer 2012

            Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi perikanan yang terdapat di Desa Lima Laras berkisar antara ± 6 - ± 15 ton per tahun. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang (Gill net),sedangkan hasil tangkapan ikan yang diperoleh adalah ikan Selar (Caranx leptolepis), ikan Tongkol (Euthynnus pelamis), ikan Biang (Setipinna sp), ikan Hiu (Carcharhinus menisorrah), ikan Serikur (Botia hymenophysa), Udang (Metapenaeus sp), ikan Bandeng (Chanos chanos), ikan Bawal Puti (Pampus argenteus),ikan Lida (Solea humilis) (Lampiran 4).
5.2.1.5. Penanganan Hasil Tangkapan
Baik tidaknya mutu hasil tangkapan sangat tergantung dari ikan itu sendiri yaitu jenis dan ukuran ikan serta faktor perlakuan yang dikerjakan oleh nelayan terhadap hasil perikanan seperti cara penangkapan ikan, pendaratan ikan, penyiapan, pencucian dan juga pendinginan. Semua perlakuan yang dikerjakan oleh nelayan setelah mendapatkan hasil tangkapan merupakan usaha penanganan hasil perikanan.
            Penanganan hasil tangkapan oleh nelayan di atas kapal mempunyai tujuan untuk mempertahankan kesegaran ikan. Perlakuan pengesan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Lima Laras yaitu dengan disediakannya box ikan yaitu tempat khusus menyimpan ikan. Menurut Rab (1997), sifat kesegaran ikan dapat dipertahankan dengan menurunkan suhu ikan dan lingkungannya. Oleh sebab itu, pengesan atau pendinginan segera dilakukan setelah hasil perikanan ditangkap, sangat penting dikerjakan agar proses biokimia dan mikrobiologi dapat dihambat. Ikan yang ditangkap dibersihkan dengan air tawar kemudian dimasukkan ke dalam box yang berisi es yang sudah dihancurkan berupa kristal kecil dengan perbandingan antara ikan dan es adalah 1:1 atau 1 kg es untuk 1 kg ikan segar.


5.2.1.6. Pengawetan Ikan Hasil Tangkapan 
            Proses penanganan dan pengolahan ikan merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai akan menjadi sia-sia, karena tidak semua produk-produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik. Penanganan dan pengolahan bertujuan mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat atau menghentikan sama sekali penyebab penurunan mutu (pembusukan) maupun penyebab kerusakan ikan (misalnya disebabkan oleh aktivitas enzim, mikroorganisme, atau oksidasi oksigen), agar ikan baik sampai ketangan konsumen.
            Aktivitas pengolahan yang ada di Desa Lima Laras adalah pengawetan ikan asin.  Dengan di lakukan pengolahan ini  juga berperan untuk meningkatkan nilai tambah produk perikanan disamping ikan hasil tangkapan dijual segar.  Pengolahan yang dilakukan masih bersifat tradisional dari segi teknik maupun alat-alat yang digunakan, karena alat-alat yang digunakan masih bersifat sederhana dan cara pembuatannya hanya berdasarkan pengetahuan secara turun-temurun adapun jumlah nelayan pengolah sebanyak 7 orang.
            Alat-alat yang digunakan dalam pengawetan ikan asin adalah pisau untuk menyiangi dan membersihkan ikan, drum/tong yang digunakan untuk tempat proses penggaraman ikan sebelum dijemur, para-para untuk tempat penjemuran ikan, keranjang plastik untuk tempat meletakkan ikan setelah ikan kering.
            Metode yang digunakan dalam pengawetan ikan asin adalah penggaraman sistim kering (dry salting). Dengan konsentrasi garam yang berkisar 10-15% dari total berat ikan.
            Prosedur pembuatan ikan asin di Desa Lima Laras adalah:
1.      Proses dimulai dari penyiangan dan pencucian ikan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat pada ikan.
2.      Ikan ditaburi garam secara merata.
3.      Kemudian ikan dimasukkan dalam wadah (drum/tong) yang pada bagian dasarnya sudah diberi lapisan garam. Pada bagian atas ikan ditaburi garam lebih banyak. Hal ini dilakukan karena garam bersifat menarik air dan dengan terdapatnya lapisan air di permukaan tubuh ikan, maka akan terbentuk larutan garam yang dapat merendam seluruh tumpukan ikan sehingga proses penggaraman lebih sempurna. Jumlah garam yang digunakan 20-30% dari berat ikan, setelah ikan yang digarami didiamkan selama 10-12 jam.
4.      Kemudian dilakukan penjemuran, sebelum dijemur ikan bersihkan kembali bertujuan untuk mengurangi kadar garam pada ikan. Penjemuran dilakukan dibawah sinar matahari, ikan disusun diatas para-para yang terbuat dari pilah-pilah bambu selama 1-2 hari. Proses pengeringan ini dilakukan untuk membantu menurunkan kadar air ikan sehingga dapat menghambat aktivitas bakteri yang tahan terhadap konsentrasi garam tinggi atau dapat juga membunuhnya.



Ikan Segar

Disiangi

Dibelah

Dibersihkan/dicuci

Penggaraman, 10% dari berat ikan (10-12 jam)

Pengeringan/penjemuran (1-2 hari)

Ikan asin
Gambar 2. Skema Proses Pengawetan Ikan Asin di Desa Lima Laras.
Tabel  15. Daftar Nama Nelayan Pengolah dan Jumlah Hasil Olahan Nelayan Pengolah di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.

No
Nama Nelayan
Pendidikan
Rara-rata hasil produksi olahan per bulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dani
Maman
Solihin
Eti
Nana
Wima
Ester
SLTP
SD
SD
SD
SD
-
SD
122 Kg
120 Kg
110 Kg
113 Kg
134 Kg
125 Kg
203 Kg
Sumber: Data Primer



5.2.1.6. Tataniaga Perikanan
            Tataniaga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu meningkatkan pembangunan sektor perikanan. Karena dengan adanya tataniaga perikanan maka para nelayan tidak merasa kesulitan untuk menjual hasil tangkapan mereka ke konsumen. Rantai pemasaran ikan yang terdapat di Desa Lima Laras.
Gambar 3. Skema Rantai Pemasaran Hasil Tangkapan di Desa Lima Laras
            Berdasarkan informasi yang didapat bahwa ikan-ikan yang tertangkap tersebut dijual dengan harga sekitar Rp. 8.000,- sampai Rp. 40.000,-/kg kepada pedagang pengumpul atau masyarakat sekitar. Harga rata-rata ikan segar yang dijual di Desa Lima Laras  dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Daftar Nama Ikan dan Harga Ikan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
No
Jenis Ikan
Nama Ilmiah
Harga (Rp) per Kg
1.
Ikan Selar
Caranx leptolepis
Rp.22.000,-
2.
Udang
Metapeneus sp
Rp.40.000,-
3.
Ikan Biang
Setipinna sp
Rp.20.000,-
4.
Ikan Sarden
Amblygaster sirm
Rp.12.000,-
5.
Ikan Hiu
Carcharhinus menisorrah
Rp.20.000,-
6.
Ikan Selikur
Botia hymenophysa
Rp.10.000,-
7.
Ikan Bandeng
Chanos chanos
Rp.17.000,-
8.
Ikan Bawal Putih
Pampus argenteus
Rp.15.000,-
9.
Ikan lidah
Solea humilis
Rp.8.000,-
 Sumber : Data Primer
            Berdasarkan Tabel di atas dapat di lihat jenis penjualan ikan yang ada di desa ini ada sebanyak 9 jenis ikan. Udang (Metapeneus sp) merupakan suatu komoditi yang harganya  paling tinggi mencapai Rp 40.000,- dan diikuti oleh ikan Selar (Caranx leptolepis) Rp 22.000, sedangkan ikan yang lain harganya bervariasi antara Rp 8.000 – 20.000,-. Harga ikan tergantung pada jumlah hasil tangkapan.  Apabila jumlah hasil tangkap sedikit maka harga ikan akan naik.  
5.2.1.7. Pendapatan Nelayan
            Pendapatan nelayan mempunyai kisaran yang berbeda pada tiap bulannya, karena mereka turun ke laut tidak menentu, tergantung musim yang sedang berlangsung. Rata-rata pendapatan nelayan tiap bulannya adalah Rp. 700.000-1500.000/bulan.













VI. ISU PERMASALAHAN

6.1. Permasalahan Umum
            Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh dari Kepala Desa bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan. Kondisi jumlah nelayan yang begitu besar tidak didukung dengan ketersediaan alat tangkap dan armada penangkapan yang baik. Terbatasnya armada penangkapan yang ada di Desa Lima Laras mempengaruhi kemampuan nelayan menjangkau wilayah tangkap yang lebih jauh dimana wilayah tersebut berpotensi  sebagai wilayah tangkap yang memiliki hasil perikanan yang bagus, begitu pula dengan ketersediaan alat tangkap yang terbatas dan sederhana ikut mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang diperoleh para nelayan, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan tentunya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup nelayan. Kurangnya sosialisasi antara masyarakat nelayan dan pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah yang diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat nelayan. Kurangnya pemahaman nelayan tentang kebijakan pemerintah mengenai teknis penangkapan, pemasaran, budidaya dan industri pengolahan.
            Selain itu, isu permasalahan lain yang dapat dijumpai di Desa Lima Laras adalah terjadinya kebanjiran pada saat musim hujan dan pasang naik. Hal ini disebabkan karena desa ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0,5 meter di atas permukaan laut. Selain itu penyebab kebanjiran ini dikarenakan kondisi saluran pengairan yang tidak mendukung, dimana banyaknya sampah yang berada di dalam saluran pengairan tersebut.
6.2. Permasalahan Khusus
            Permasalahan khusus pada lokasi Praktek Umum khususnya di Desa Lima Laras ini adalah terjadi pengikisan pantai atau abrasi sehingga tepi pantainya rendah dan berlumpur. Bila terjadi ombak dan pasang naik pada saat tertentu air laut masuk ke jalan raya dan dapur rumah penduduk yang berada dekat pantai tersebut ikut terendam.
            Hal lain yang merupakan permasalahan khusus yang bisa dikemukakan adalah kondisi lingkungan pemukiman yang kurang terpelihara yang bisa mempengaruhi produktivitas penduduk untuk melakukan kegiatan sehari – hari. Faktor lingkungan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan warga untuk melakukan aktivitas apapun demi kelangsungan hidup sehari – hari.

6.3. Alternatif pemecahan masalah
            Berdasarkan uraian di atas terhadap isu permasalahan yang ditemukan saat survey dan pengumpulan data di Desa Lima Laras, maka diambil beberapa pemecahan masalah.
Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain :
1. Permasalahan umum :
·           Alternatif pemecahan permasalahan yang dapat dilakukan adalah pemerintah lebih memperhatikan potensi perikanan yang ada di Desa Lima Laras dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung pengoperasian penangkapan ikan oleh nelayan. Para nelayan perlu dibekali sosialisasi penggunaan alat tangkap modern sehingga hasil tangkapan nelayan lebih banyak. Namun sosialisasi alat tangkap tersebut harus didukung dengan bantuan alat tangkap dan armada penangkapan dari pemerintah. Sosialisasi dalam menentukan perairan-perairan yang berpotensi dalam menghasilkan ikan sehingga para nelayan tradisional memperoleh hasil tangkapan yang lebih baik dari sebelumnya. Pemerintah juga dapat memberikan kebijakan-kebijakan dalam penangkapan sehingga daerah penangkapan tetap dapat berpotensi untuk jangka yang panjang. Diharapkan adanya perhatian dari instansi-instansi terkait untuk memberikan informasi atau penyuluhan-penyuluhan pada warga setempat tentang  tata cara budidaya.
·           Pemerintah setempat perlu memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada masyarakat untuk terbiasa hidup bersih dan menjaga lingkungan sekitarnya.
2. Permasalahaan Khusus :
·           Sebaiknya penduduk Desa Lima Laras menambah penanaman mangrove di pantai sebagai penahan air laut agar tidak terkena langsung ke tepi pantai disaat ada ombak dan pasang, dan juga melestarikan serta menjaga populasi mangrove yang ada di Desa Lima Laras.
·           Sebaiknya penduduk Desa Lima Laras menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan tidak membuang sampah sembarangan, juga perlunya masyarakat melakukan gotong royong untuk menjaga kebersihan lingkungan agar terbiasa hidup bersih dan sehat.


VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
            Desa Lima Laras terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 3.892 jiwa. Desa Lima Laras merupakan salah satu daerah perikanan yang cukup baik untuk dikembangkan dan usaha perikanan seperti perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran. Nelayan di Desa Lima Laras berjumlah 1.369 jiwa yang terdiri dari 1067 nelayan tetap dan 302 nelayan sambilan. Tingkat pendidikan nelayan sebagian besar hanya tamat SD.
 Secara umum permasalahan yang terdapat di Desa Lima Laras sangat beragam, seperti :
1.      Kondisi jumlah nelayan yang begitu besar tidak didukung dengan ketersediaan alat tangkap dan armada penangkapan yang baik. Terbatasnya armada penangkapan yang ada di Desa Lima Laras mempengaruhi kemampuan nelayan menjangkau wilayah tangkap yang lebih jauh dimana wilayah tersebut berpotensi  sebagai wilayah tangkap yang memiliki hasil perikanan yang bagus, begitu pula dengan ketersediaan alat tangkap yang terbatas dan sederhana ikut mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang diperoleh para nelayan.
2.      Kurangnya sosialisasi antara masyarakat nelayan dan pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah yang diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat nelayan. Kurangnya pemahaman nelayan tentang kebijakan pemerintah mengenai teknis penangkapan, pemasaran, budidaya dan industri pengolahan.
3.      Terjadinya kebanjiran pada saat musim hujan dan pasang naik, ini disebabkan karena desa ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0,5 meter di atas permukaan laut. Selain itu penyebab kebanjiran ini dikarenakan kondisi saluran pengairan yang tidak mendukung, dimana banyaknya sampah yang berada di dalam saluran pengairan tersebut.
7. 2. Saran
            Melihat keadaan umum perikanan dan kelautan di desa ini maka perlu kiranya bagi pemerintah daerah dan stakeholder lainnya untuk mengambil tindakan yang nyata dan tegas terkait berbagai permasalahan yang dialami nelayan, terutama yang berkaitan dengan sarana dan prasarana penangkapan.  Permasalahan yang ada bukan hanya tanggung jawab pemerintah setempat tetapi juga merupakan tanggung jawab semua pihak di Desa Lima Laras. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang menyeluruh dari semua pihak agar keberlangsungan potensi yang ada dapat dinikmati di masa yang akan datang.








DAFTAR PUSTAKA


Adawyah, R, 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan, Jakarta: Bumi Aksara. 160 hal.
Ayodhya.2004. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Sri Dewi. Bogor. 97 hal
Birowo, S., 1991. Pengantar Oseanografi. Hal 123-142. dalam D. H. Kunarso dan Ruyitno (eds). Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Tekhnik Pemantauannya, P3O-LIPI. Jakarta.
Budiharsono, 2001. Masyarakat Perikanan Nusantara dalam Pembangunan Nasional. Makalah Seminar Prospek Perikanan Riau dalam Menghadapi Pasar Bebas Tanggal 18 November 1996. Pekanbaru. 11 hal.

Dahuri, R. J. Rais. S.P. Ginting dan M.j. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta. 328 halaman.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelajutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 412 hal.

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003. Kondisi Perikanan Indonesi. http:/www.dkp.go.id/contec.php. Kondisi Perikanan Indonesia
Direktorat Jendral Perikanan, 2000. Laporan Tahunan 2000. Jakarta. Tidak diterbitkan.

Djangkarau, Z, 2002. Pembahasan Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hal.

Effendi, S, 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung: Alfa

Feliatra., 2004. Pembangunan Perikanan dan Kelautan Indonesia. Diktat kuliah Ilmu Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan  Universitas Riau. Pekanbaru. 156 hal.
Gunarso, W. 1985. Suatu  Pengenalan Tentang  Fish Behaviour Dalam Hubungan dengan Fishing Tactis  dan Fishing Technique, Bagian Fishing Boat. Skripsi, Fakultas Perikanan Institut Pertanian  Bogor. Bogor. 60 hal. (tidak diterbitkan)

Harahap,S. 1999. Tingkat Pencemaran Perairan Pelabuhan Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau Ditinjauan dari Komunitas Makrozobhentos. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 26 hal.

Malik, B. A. 1998. Prospek Pembangunan Perikanan di Daerah Sumatera Utara. Hal 158-185. Dalam Strategi Pembangunan Perikanan  dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan  Devisa Negara. (ed) Universitas Sumatera Utara Press, Pekanbaru. Hal 155-185.
Murniati, A. S dan Sunarman, 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan. Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Mubyarto dan Mosher,  1987.  Pengantar  Ekonomi  Pertanian.  Lembaga  Penelitian  Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.  305 hal.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 367 hal.
Nontji, A. 2000.”Coral Reefs of Indonesia; Past, Present and Future.”

Rab,T.,1997.Teknologi Hasil Perikanan. UIR Press.Pekanbaru.306 Hal.
Rahardi, F.R. Kristiowati Dan Narazuddin, 2001. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rixqullah,2008.GambaranUmumPerikanan Indonesia.(ikzzir.blogspot.com/2008/10/gambaran-umum-perikanan-indonesia.html).Diakses pada tanggal 25 Januari 2011,pukul 15.26 WIB.

Romimohtarto dan Juwana, 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.  Djambatan, Jakarta. 538 hal

Siahaan. Y, 2002. Keadaan Umum Pemanfaatn Sumberdaya Perikanan Di Desa Siantang Teluk Mengkudu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru. Tidak diterbitkan.


Syofnelli, 2000. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam kolam di Desa Sanah Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Laporan Praktek Lapangan Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan UNRI. Pekanbaru, 28 hal. Tidak diterbitkan.

Tang, U. M, 2003. Budidaya Air Tawar. UNRI Press. Universitas Riau. 71 hal.

Von Brandt, A. V. 1984. Classification of Fishing Gear of The World, H. KRIST JHONSON (ed) Fishing News (Books) Ltd. London. 274-276 p.
Wikipedia.org/tanjungtiram
Www. bappeda.batubarakab.go.id