I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia memiliki
perairan yang sangat luas dengan garis pantai sepanjang 95.181 km sehingga
memiliki potensi sumberdaya, terutama sumber daya perikanan laut yang cukup
besar, baik dari kuantitas maupun dari segi diversitas sehingga menjadi modal
dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Selain itu, Indonesia merupakan
Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau-pulau sekitar 17.504
pulau (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003).
Secara geografis kepulauan dan perairan
Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara
benua Asia dan Australia, termasuk di dalamnya paparan Sunda di bagian barat
dan Paparan Sahul di bagian timur. Dengan luas tersebut beserta potensi lestari
yang terkandung di dalamnya, Indonesia mempunyai potensi
besar untuk mengembangkan usaha perikanan dan kelautan.
Posisi Indonesia yang terletak di garis
khatulistiwa dan beriklim tropis menjadikan negara Indonesia terkenal dengan
kekayaan sumberdaya alamnya yang melimpah baik itu sumberdaya alam yang dapat
pulih maupun sumberdaya alam yang tidak dapat pulih. Sumberdaya alam yang
melimpah tersebut seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan mineral
seperti gas, timah, bijih besi dan lain-lain.
Laut penting
artinya untuk menjadikan bumi sebagai tempat kehidupan beranekaragam makhluk
hidup, karena tergantung sumberdaya hayati dan non hayati yang sangat
dibutuhkan, terutama untuk kelangsungan hidup organisme dan pemanfaatannya
secara langsung maupun tidak langsung. Mengingat urgensi laut di masa sekarang
ini peranan daerah pesisir dan lautan dengan cara membudidayakan dan masyarakat
teknik pendayagunaan.
Perikanan merupakan salah satu kegiatan manusia
untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan yang meliputi makhluk hidup
berupa hewani maupun nabati yang sangat penting dikembangkan, mengingat
peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya pembangunan akhir-akhir ini yang
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan pangan dan sumberdaya perairan.
Berkembangnya suatu usaha perikanan dan kelautan
tidak hanya didasarkan atas tradisi dan pengalaman saja. Berbagai macam
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna mengembangkan usaha dan
peningkatan produksi perikanan secara optimal, ada beberapa cara untuk meningkatkan
produksi perikanan antara lain motorisasi kapal perikanan, perluasan areal
penangkapan, meningkatkan teknis serta pengetahuan tentang penangkapan.
Secara geografis, wilayah Sumatera Utara berhubungan
dengan laut lepas yaitu Samudera Hindia yang merupakan wilayah ZEE, Indonesia
merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati laut maupun pesisir yang dapat diandalkan
untuk mendukung kehidupan masyarakat Indonesia.
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran
dari Kabupaten Asahan. Batu Bara berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara
yang berbatasan dengan Selat Malaka. Kabupaten Batu Bara menempati area seluas
90.496 Ha yang terdiri atas 7 Kecamatan serta 100 Desa/Kelurahan Definitif (
Bappeda.batubarakab.go.id ).
Tanjung Tiram adalah sebuah Kecamatan
yang berada di Kabupaten Batu Bara, yang sebagian besar
wilayahnya ini berada di pingiran laut, dan karena itu nelayan menjadi mata pencarian utama,
disamping pertanian dan perkebunan.
Wilayah ini mempunyai Dermaga dan
TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang dikenal sebagai "BOM". Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika
Jepang masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini ( Wikipedia.org/tanjungtiram
).
Desa
Lima Laras merupakan sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram yang
memiliki letak strategis dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi
potensi perikanan dan kelautan, serta pariwisata di Desa Lima Laras masih belum optimal dalam hal pengembangan
dan pengelolaannya sehingga tidak mencukupi kebutuhan pasar. Hal ini disebabkan
oleh sebagian besar nelayannya masih bersifat tradisional dan kurangnya
perhatian dari pemerintah setempat.
Sehubungan dengan keadaan perikanan dan kelautan ini,
maka penulis merasa tertarik untuk melakukan peninjauan agar memperoleh data yang aktual dan
nyata tentang keadaan perikanan dan
kelautan di Desa Lima Laras serta merumuskan permasalahan
yang ada yang diharapkan dapat bermanfaat serta berguna dalam pembangunan dan
pengembangan perikanan dan kelautan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
1.2.
Tujuan Praktek Umum
Tujuan Praktek Umum ini adalah untuk mengetahui
secara langsung keadaan umum perikanan dan kelautan serta
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Lima Laras
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu
Bara Provinsi
Sumatera Utara dan kemudian mencari alternatif penyelesaian masalah tersebut.
1.3. Manfaat Praktek Umum
Manfaat
yang dapat diperoleh dari Praktek Umum adalah sebagai informasi dan rujukan
penelitian bagi pihak – pihak yang memerlukan, merupakan sumbangan pemikiran
terhadap pembangunan perikanan dan kelautan di masa yang akan datang serta
sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam bidang perikanan
dan kelautan bagi aparat pemerintah setempat baik yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan sektor perikanan dan kelautan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Di negara Indonesia yang kaya akan sumberdaya
perairan, bidang perikanan dikelola oleh Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP). Maksudnya, Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai pengatur dan
pemberi kebijakan-kebijakan mengenai perikanan agar sumberdaya perikanan di
Indonesia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat.
Sedangkan perikanan itu sendiri adalah proses pengelolaan dan pemanfaatan lebih
lanjut dari hewan yang hidup di air dengan cara memanfaatkan sumberdaya
manusia, tumbuhan dan alat-alat lainnya (Rizqullah, 2008)
Wilayah
pesisir menurut Dahuri et al.
(2001) merupakan batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas
yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan dan kelautan wilayah pesisir dapat diartikan sebagai
kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (ZEE) sampai daratan yang
masih dipengaruhi oleh iklim laut. Terjemahan lain menyebutkan kawasan ini
meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sempit, yaitu
dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200 m ke arah darat dan arah laut
meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang terendah. Maka untuk kepentingan
pengelolaan penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir didasarkan atas
faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan
ekosistem pesisir serta lautan beserta segenap sumberdaya yang tercakup di
dalamnya, serta tujuan dari pengelolaan itu sendiri
Masyarakat pantai adalah masyarakat yang menempati
wilayah di kawasan pantai (Dahuri et al 2001). Wilayah
pantai merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur utama yaitu
daratan, lautan dan atmosfir. Proses tersebut berlangsung sejak bumi ini
terbentuk dan bentuk wilayah pantai yang seperti terlihat sekarang ini
merupakan hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran dan pembentukan tiga
unsur utama alam tersebut.
Menurut Feliatra,
(2004). Potensi
perikanan dan kelautan Indonesia yang menjanjikan bukanlah suatu yang mustahil,
mengembangkanya menjadi sumber devisa utama Indonesia di masa mendatang.
Permasalahan dalam pengembangan perikanan dan kelautan diantaranya kondisi
geografis, sarana dan prasarana, aktualisasi pemamfaatan tidak merata dan tidak
seimbang, komitmen pemerintah, kualitas sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Masalah utama perikanan
sekarang ini adalah penambangan pasir, dan masuknya kapal asing tanpa izin,
yang membuat potensinya berkurang dan bahkan berbahaya pada daerah-daerah
tertentu.
Selanjutnya
Budiharsono (2001) menyatakan bahwa rendahnya potensi sumberdaya kelautan yang
sedemikian besar, terutama disebabkan oleh: (1) Pemerintah dan masyarakat masih
mengutamakan eksploitasi daratan, (2) Teknologi eksplorasi dan eksploitasi
lautan khususnya untuk penambangan minyak dan gas bumi serta mineral
membutuhkan teknologi tinggi, (3) Kualitas sumberdaya manusia yang terlibat
dalam sektor kelautan masih rendah, khususnya perikanan tangkap, (4) Introduksi
teknologi baru dalam perikanan tangkap tidak terjangkau oleh nelayan yang
kondisi sosial ekonominya rendah, (5) Sistem kelembagaan yang ada belum
mendukung pada pengembangan sektor kelautan. Untuk menjamin Maximum
Suistenaible Yield di suatu perairan serta dalam rangka pemenuhan jumlah
permintaan akan ikan, maka diperlukan adanya kegiatan budidaya.
Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi manusia menyadari keberadaan laut dan potensi
sumberdaya didalamnya. Menurut Widodo dalam Siahaan (2002), suau langkah
untuk mengembangkan perikanan adalah mengetahi keadaan umum disuatu daerah, disamping mengetahui permasalahan sehingga dapat memberikan informasi yang bisa dikembangkan untuk pembangunan
perikanan.
2.1.1. Penangkapan
Menurut Von Brandt (1984) ada 16
metode penangkapan yang digunakan yaitu: 1) Penangkapan tanpa menggunakan alat
(fishing without gear), 2)
Penangkapan dengan melukai sasaran (fishing
with wounding gear),
3) Penangkapan dengan dengan cara membius ikan atau memabukkan ikan (fishing with stupeying), 4) Penangkapan
dengan menggunakan
tali atau benang (line fishing),
5) Penangkapan dengan perangkap ( fishing
with traps), 6) Penangkapan dengan merangkap suatu areal perairan (fishing with areal traps), 7)
Penangkapan dengan jaring yang berkantong yang memiliki mulut (fishing with fixed mouth), 8)
Penangkapan dengan alat yang ditarik di dasar pantai, 9) Penangkapan dengan
dengan cara teknik melingkari setengah pantai (senning), 10) Penangkapan dengan cara mendorong alat di perairan (fishing with drived in method), 11) Penangkapan dengan cara
teknik melingkari gerombolan ikan (fishing
with surounding net), 12) Penangkapan dengan teknik mengangkat alat di perairan (fishing lift net), 13) Penangkapan dengan cara menjatuhkan alat
dari atas ke perairan (fishing with
falling gear), 14) Penangkapan dengan cara menjerat insang ikan (fishing with gillnet), 15) Penangkapan
ikan dengan cara membelit atau memuntal ikan (fishing with entangle nets), 16) Penangkapan dengan cara memakai
mesin panen (harvesting machine). Empat faktor yang harus diperhatikan dalam
teknologi penangkapan yakni jenis kapal, ukuran kapal, jenis alat tangkapan
yang digunakan dan keahlian yang dimiliki oleh nelayan.
Kapal motor
adalah kapal yang menggunakan tenaga mesin dalam sebagai tenaga penggeraknya.
Sebagian besar kapal motor di Indonesia terbuat dari kayu dan sebagian kecil
lainnya terbuat dari besi. Arisman
(1982) bahwa keberhasilan suatu usaha penangkapan ikan selain ditentukan
oleh keadaan alat-alat juga ditentukan oleh keseimbangan antara manajemen usaha
perikanan dengan, sarana penunjang (tempat pendaratan ikan, sarana pengadaan),
bahan-bahan keperluan penangkapan ikan serta mental dan keterampilan yang
melaksanakannya. Selanjutnya dikatakan
pula bahwa tahap akhir yang perlu diperhatikan untuk menunjang pembangunan
perikanan adalah masalah pemasaran hasilnya.
Gunarso (1985) menyatakan
bahwa untuk mendapat hasil tangkapan yang baik dipengharuhi oleh alat tangkapan
itu sendiri seperti konstruksi, bahan dan teknik, keadaan lingkungan antara
lain : cahaya, arus, tingkah laku ikan serta keterampilan nelayan yang
mengoperasikan alat tersebut.
Selanjutnya dikatakan bahwa apabila suatu operasi penangkapan ikan
dengan baik maka harus mengetahui tingkah laku ikan seperti migrasi, scooling
dan daerah pemijahan.
Untuk suatu usaha fishing methods haruslah dilandasi suatu
pengetahuan yang mendalam tentang fish
behaviour saat tertentu ataupun dalam suatu periode musim, dalam
keadaan alamiah ataupun dalam keadaan
diberikan perlakuan-perlakuan penangkapan (Ayodhyoa dalam Sudirman, 2004).
Sudirman (2004) menyatakan bahwa
perubahan dari fishing ground kearah yang lebih jauh dari pantai, yang
sehubungan dengan itu akan terjadi pula perubahan kedalaman perairan, dengan
perkataan lain dari perairan dangkal keperairan yang lebih dalam. Dikatakan daerah kontinental shelf defth
sampai sekitar 200 m, merupakan fishing ground yang banyak dipakai, tetapi
dengan kapal yang lebih besar mungkin dilakukan penangkapan ikan-ikan dasar
pada deph yang lebih dalam dari 350
m.
2.1.2. Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan adalah suatu kreasi manusia untuk
memelihara, membesarkan dan menumbuhkan
ikan dalam suatu wadah yang terkontrol dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkunganserta menghasilkan keuntungan yang tinggi (Tang, 2003).
Pada dasarnya budidaya ikan terdiri atas pembenihan dan pembesaran (Sutisna
dan Sutarmanto dalam Syofnelli, 2000). Diperjelas bahwa pembenihan ikan
menyangkut 2 hal, yaitu breeding dan seeding. Breeding adalah
perlakuan terhadap induk sehingga menghasilkan larva. Seeding adalah
penanganan mulai dari larva sampai dengan benih yang siap untuk dipasarkan.
Selanjutnya Ahmad dalam Syofnelli, (2000) beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam usaha budidaya ikan kolam yaitu: 1) tanah kolam
sebaiknya liat dan mengandung humus, 2) topografi tanah tidak terlalu datar dan
tidak terlalu miring (3-5 %), 3) tersedia air dalam kualitas yang baik dan kuantitas
yang cukup. Selain itu juga perlu diperhatikan adalah lingkungan yang mungkin
akan mempengaruhi mutu air jenis ikan yang dipelihara dan jauh dekat dari
pasar.
Menurut Djangkarau (2002), Teknologi budidaya ikan
terdiri atas rangkaian usaha yang meliputi pembenihan, pembesaran, pemberian
pakan, pengelolaan air, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan hasil dan
pemasaran. Habitat ikan air tawar diantaranya adalah sungai, rawa, danau,
waduk, empang, sawah, kolam, irigasi dan kolam tadah hujan.
Makanan
merupakan faktor yang sangat penting terhadap keberhasilan budidaya ikan. Agar
ikan yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan optimal, diperlukan makanan yang
berkualitas dan sesuai dengan selera ikan.
Rahardi et al. (2001), menjelaskan bahwa
budidaya perikanan adalah semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik
ikan itu masih hidup liar di alam ataupun yang dibuatkan tempat sendirinya,
dengan adanya campur tangan manusia. Jadi pengertian budidaya bukan hanya
memelihara ikan didalam kolam, tambak, empang, akuarium, sawah dan sebagainya.
Namun, secara luas pengertian ini juga mencakup mengusahakan komoditi perikanan
di danau, sungai, waduk dan laut. Dengan tujuan untuk mendapatkan produksi
perikanan yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil ikan yang hidup dialam
secara liar.
2.1.3.
Pengolahan Hasil Perikanan
Pengolahan ikan adalah
mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mugkin dengan tujuan
untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang
dapat menimbulkan pembusukan dan kerusakan. Ikan segar atau ikan basah adalah
ikan yang belum atau tidak diawetkan dengan apapun kecuali semata-mata
didinginkan dengan es. Penanganan ikan segar ini dilakukan sejak ikan ditangkap
sampai saat diterima oleh pemakainya konsumen (Murniyati dan Sunarman, 2000).
Ikan yang
belum diawetkan dengan apapun kecuali semata-mata didinginkan dengan es masih
digolongkan kepada ikan segar atau ikan basah. Penanganan ikan segar ini
dilakukan sejak ikan ditangkap sampai saat diterima konsumen (Effendi, 2009).
Berdasarkan prinsip-prinsip dalam bidang perikanan,
terdapat beberapa variasi dalam mengolah dan mengawetkan ikan, disamping dalam
mempertahankan kesegaran ikan yang diantranya adalah pendinginan, pembekuan,
pengasaman, pengasapan, penggaraman, pengalengan dan pengeringan. Pembuatan
hasil olahan khususnya kamaboko, bakso ikan, surimi, sashimi, Fish protein
concentrate (FPC), (Muniyati dan Sunarman, 2000).
Penggaraman
merupakan cara pengawetan yang sudah lama dilakuakan orang. Pada proses
penggaraman, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar air dalam badan
ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang
(Adawyah, 2008).
2.1.4. Pemasaran
Sistem pemasaran hasil perikanan
Indonesia bersifat tradisional karena usaha pembaharuannya belum lagi dilakukan
secara baik pada setiap rantai pemasaran. Dengan demikain perluasan daerah
kegiatan pemasaran belum efisien yang menyebabkan biaya pemasaran menjadi
tinggi. Nelayan memperoleh nafkah dari penjualan hasil tangkapannya. Menjual
sendiri hasil tangkapan ke pasar yang jaraknya jauh dari tempat tinggal mereka
(Direktoral Jendral Perikanan, 2000).
Rahardi
et al. (2001) menyatakan bahwa
tiga macam cara distribusi komoditi hingga sampai ke tangan konsumen, yaitu
penyaluran langsung, yaitu produsen langsung menjual produk ke konsumen. Ini
sering dilakukan oleh petani ikan dalam skala kecil dan para nelayan. Kemudian
semi langsung, yaitu pengusaha/produsen menyalurkan hasil produksi ke tangan
pedagang eceran. Kemudian, dari tangan pedagang eceran komoditi perikanan
disalurkan ke konsumen. Ada juga penyaluran tidak langsung, yaitu dipengaruhi
jarak produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang
dan rumit tata niaga yang harus dilalui.
Malik (1998)
mengemukakan bahwa tantangan yang dihadapi nelayan dan petani ikan skala kecil
masih dicirikan dengan masalah-masalah sosial ekonomi seperti tingginya biaya
produksi, tidak meratanya kepemilikan, rendahnya nilai investasi, lemahnya
kelembagaan nelayan, konflik dengan usaha perikanan padat modal dan
ketidaksempurnaan pasar (market
iperfection).
Agar usaha perikanan dapat berjalan
dengan baik dan lancar, diperlukan modal disamping tenaga kerja Mosher dan
Mobyarto (1987) berpendapat bahwa keterbatasan modal akan mengakibatkan
sempitnya ruang gerak usaha yang dikerjakan.
III.
METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktek Umum ini dilakukan pada bulan Oktober 2013, bertempat di Desa Lima Laras
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1).
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan
dan alat yang dilgunakan dalam Praktek Umum ini adalah sebagai berikut: Hand-refractometer digunakan untuk mengukur salinitas perairan, Thermometer untuk mengukur suhu
perairan, Secchi disk untuk mengukur
kecerahan perairan, Stopwatch dan Current drough untuk mengukur kecepatan
arus, pH indicator untuk mengukur pH,
alat tulis dan daftar kuisioner yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder
dan data primer yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan para responden pengguna potensi perikanan dan kelautan
di Desa Lima Laras. Camera digital
digunakan untuk mendokumentasikan hasil dari Praktek Umum yang telah dilakukan
untuk mendukung data yang diperoleh.
3.3. Metode Praktek
Praktek
Umum ini menggunakan metode survei, dimana dilakukan pengamatan langsung ke
lapangan terhadap kondisi dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
kelautan di Desa Lima Laras. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan para responden dari kalangan
pengguna potensi perikanan dan kelautan terutama nelayan dan penduduk setempat, sedangkan hasil data
pengukuran kualitas air diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dengan
menggunakan alat (Lampiran 6). Data sekunder
dikumpulkan dari Kantor Kepala Desa Lima Laras.
3.4. Pengukuran Kualitas Air
3.4.1. Kecerahan
Pengukuran
kecerahan perairan dilakukan dengan menggunakan secchi disk yang diturunkan ke dalam perairan secara perlahan
sampai tidak kelihatan.
Kedalaman dicatat kemudian secchi disk diturunkan hasil yang diperoleh
dari pengukuran tersebut dicatat (jarak
hilang). Kemudian secchi disk ditarik
sampai kelihatan kembali dan ukur jaraknya (jarak tampak) kemudian jarak tampak
ditambah jarak hilang dibagi dua.
3.4.2. Suhu Perairan
Pengukuran
suhu dilakukan dengan mencelupkan thermometer
kedalam perairan. Thermometer diikat
pada bagian pangkal kemudian thermometer
dibiarkan di dalam perairan selama kurang lebih 5 menit, setelah itu amati
kenaikan air raksa di thermometer
dengan tidak mengeluarkan thermometer
dari dalam perairan. Suhu dapat dicatat setelah thermometer menunjukan angka tetap.
3.4.3. Kecepatan Arus
Pengukuran kecepatan arus permukaan
menggunakan current drogue yang dihanyutkan dimana jarak antara
tempat menghanyutkan current drogue
dan tempat berhentinya telah ditentukan terlebih dahulu. Untuk menghitung
waktunya digunakan stopwatch.
Kecepatan arus diukur dengan menstandarkan jarak yang ditempuh current drogue (meter) dalam waktu
(detik).
V = Kecepatan
Arus (m/s)
S = Jarak
(Meter)
T = Waktu
(detik)
3.4.4. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran
pH perairan dilakukan dengan menggunakan pH indicator
universal. Pengukuran dilakukan dengan
mencelupkan kertas pH indicator
ke perairan dan dilihat perubahan warna yang terjadi kemudian dibandingkan
dengan papan standar nilai.
3.4.5. Salinitas
Perairan
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan hand-refractometer.
Cara pengukuran salinitas adalah sebagai berikut: hand-refractometer
dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan aquades, skala salinitas pada
alat harus menunjukkan
angka nol, kemudian sampel air diambil dengan menggunakan pipet tetes secukupnya. Skala salinitas yang
ditunjukkan
oleh hand-refractometer kemudian
dicatat.
3.5.
Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil Praktek Umum kemudian
dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel yang selanjutnya data tersebut
dianalisis dan disusun dalam
bentuk laporan untuk mengetahui permasalahannya dan dicari alternatif
permasalahannya.
IV.
KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK
4.1.
Letak Geografis
Desa
Lima Laras merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Desa Kuala Indah
terletak pada posisi antara 99° 39' 12" BT - 99° 35' 52" BT dan 3° 10' 48" LU - 3° 13' 04" LU (Lampran 1). Daerah pantainya berupa lumpur berpasir dan panjang pantai 8000 m. Daerah ini berada pada ketinggian 4
meter di atas permukaan laut, memiliki luas wilayah 1.200 Ha, luas hutan
mangrove 156 Ha, dan suhu rata-rata 27oC. Secara geografis Desa Lima
Laras sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Tanjung Mulia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Guntung, dan
sebelah timur berbatasan dengan Desa Ujung Kubu.
4.2.
Demografi Penduduk
4.2.1.
Penduduk
Penduduk adalah sejumlah orang
yang bertempat tinggal pada suatu wilayah dalam waktu tertentu dan merupakan
hasil proses demografi yaitu natalitas, mortalitas dan migrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Lima Laras, kepala keluarga di Desa Lima Laras pada tahun 2012 yaitu berjumlah 1.369 KK. Jumlah
total penduduknya yaitu 3.892 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki 1.996 jiwa (51,28%)
dan perempuan 1.896 jiwa (48,72%) (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung
Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 .
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Laki - laki
|
1.996
|
51,28
|
2.
|
Perempuan
|
1.896
|
48,72
|
|
Jumlah
|
3.892
|
100
|
Sumber
: Kantor Desa Lima Laras 2012
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten
Batubara Provinsi
Sumatera Utara lebih banyak dari
pada perempuan.
Tabel
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 .
No
|
Kelompok umur
(Tahun)
|
Jumlah (jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
0 - 5
|
203
|
5,21
|
2.
|
6 - 15
|
709
|
18,21
|
3.
|
16 - 25
|
1156
|
29,71
|
4.
|
26 - 55
|
1367
|
35,12
|
5.
|
>55
|
457
|
11,75
|
Jumlah
|
|
3.892
|
100
|
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
Tabel 2 memperlihatkan bahwa
pada Desa Lima Laras,
usia yang mendominasi jumlah penduduknya yaitu usia 26-55 tahun dengan persentase dari seluruh
jumlah penduduk sebesar 35,12% atau sebesar 1367 jiwa.
Sedangkan pada urutan kedua populasi jumlah penduduk terbanyak
sebesar 1156 jiwa atau sebesar 29,71% yaitu pada usia 16 – 25 tahun.
Jumlah penduduk yang didominasi oleh usia muda di Desa Lima Laras ini sebagian besarnya merupakan penduduk yang
masih dalam masa pendidikan dan belum produktif. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit
yaitu pada usia 0
– 5 tahun yaitu sebesar 203
jiwa atau sebesar 5,21% yang merupakan penduduk kurang
produktif.
4.2.2.
Pendidikan
Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi pola pikir masyarakat baik yang diperoleh melalui jenjang
pendidikan formal maupun nonformal. Perkembangan dan kemajuan dunia berawal dari pendidikan. Pendidikan
merupakan modal dasar dalam meningkatkan pola berpikir masyarakat dan salah satu faktor yang
menunjang kemajuan suatu daerah. Tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap mudah atau tidaknya masyarakat atau nelayan
dalam menerima pembaharuan dan teknologi yang terus berkembang. Jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara
Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2012.
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Tidak Sekolah
|
431
|
11,08
|
2.
|
Belum Sekolah
|
203
|
5,21
|
3.
|
Tidak Tamat SD
|
698
|
17,93
|
4.
|
Tamat SD
|
1.004
|
25,80
|
5.
|
SLTP
|
862
|
22,15
|
6.
|
SLTA
|
613
|
15,75
|
7.
|
Diploma / Sarjana
|
81
|
2,08
|
Jumlah
|
|
3.892
|
100
|
Sumber : Kantor
Kepala Desa Lima Laras 2012
Tinggi rendahnya tingkat
pendidikan penduduk merupakan faktor penentu dalam menerima konsep pembaharuan
selanjutnya. Perkembangan dan pembaharuan pembangunan di desa akan mudah
dilakukan apabila pola pikir masyarakatnya maju, atau dengan kata lain bila
semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah dan cepat
masyarakatnya mengikuti perubahan – perubahan yang terjadi. Dan sebaliknya
apabila tingkat pendidikannya rendah maka akan semakin sulit masyarakatnya
untuk menerima perubahan – perubahan yang terjadi dan akan menghambat
perkembangan desa tersebut.
Saat dilaksanakan pengumpulan
data di Kantor Kepala Desa Lima Laras berdasarkan tingkat pendidikannya, data
yang didapatkan berdasarkan tingkat pendidikannya adalah data yang disusun
tahun 2012. Adapun hasil wawancara dengan beberapa pegawai kantor Kepala Desa
dan warga setempat (orangtua dan anak sekolah) mengenai kelanjutan pendidikan
anak – anak, mereka menyebutkan bahwa anak – anak yang telah tamat Sekolah
Dasar kebanyakan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Lanjutan
karena sudah banyak dilibatkan membantu orangtua mereka melaut. Dan ada juga
yang memutuskan tidak melanjutkan sekolah karena bisa mencari duit sendiri
dengan melaut.
Adanya kendala pendidikan di Desa
Lima Laras diakibatkan terbatasnya sarana pendidikan lanjutan yang dapat
digunakan oleh penduduk setempat. Adapun sekolah lanjutan yang tersedia berada
di desa tetangga, sehingga menyulitkan bagi mereka yang kurang bersedia
menempuh jarak yang jauh dari desa mereka.
4.2.3.
Mata Pencaharian
Ditinjau dari
segi mata pencaharian, penduduk
Desa Lima Laras mempunyai jenis mata
pencaharian yang beranekaragam (Tabel 4).
Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No.
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
2
3
4
5
6
7
8
|
Nelayan
Petani
Pedagang
PNS
Pegawai Swasta
Buruh
Belum/ Tidak bekerja
Dan lain lain
|
1369
456
204
126
168
421
1037
111
|
35,17
11,71
5,24
3,23
4,31
10,81
26,64
2,85
|
|
Jumlah
|
3.892
|
100
|
Sumber
: Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
Dari
Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Lima
Laras adalah nelayan
dengan persentase sebesar 35,17% yang seluruhnya merupakan nelayan
tetap dan nelayan sambilan. Penduduk yang tidak kerja mencapai urutan kedua dengan persentase 26,64%.
Besarnya minat masyarakat terhadap sektor perikanan terutama perikanan tangkap
didukung oleh luasnya areal perairan yang kaya akan sumberdaya kelautan.
4.2.4.
Agama dan Etnis
Agama merupakan batasan atau aturan yang mengikat agar
para penganutnya dalam menjalani kehidupan memiliki landasan yang harus
dipatuhi agar tidak melanggar norma-norma yang ada. Agama yang dianut
oleh penduduk Desa Lima Laras yaitu Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Sementara,
etnis atau suku yang terdapat di Desa Lima Laras adalah Melayu, Jawa, Bugis,
Minang dan Batak (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Jenis Agama
|
Jumlah (jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Islam
|
3198
|
82,17
|
2.
|
Kristen Protestan
|
512
|
13,15
|
3.
|
Katolik
|
182
|
4,68
|
Jumlah
|
|
3.892
|
100
|
Sumber
: Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
Berdasarkan
tabel 5 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Lima Laras adalah beragama Islam
dengan persentase sebesar 82,17% yaitu 3198
jiwa,
Sedangkan
agama lainnya seperti Kristen Protestan 13,15% dan Katolik 4,68% merupakan agama yang dianut oleh pendatang
dari luar Desa Lima Laras.
Berdasarkan
suku atau etnis yang terdapat di Desa Lima Laras ini adalah Melayu yang
merupakan suku asli penduduk tersebut (Tabel
6).
Tabel 6. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Etnis di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Suku Bangsa
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1
|
Melayu
|
1886
|
48,46
|
3
|
Minang
|
562
|
14,44
|
4
|
Jawa
|
681
|
17,50
|
5
|
Batak
|
694
|
17,83
|
6
|
Bugis
|
69
|
1,77
|
Jumlah
|
3.892
|
100
|
Sumber
: Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
Berdasarkan
tabel 6 dapat diketahui
bahwa mayoritas penduduk Desa Lima
Laras
adalah Melayu dengan persentase sebesar 48,46 % yaitu 1886 jiwa. Sedangkan etnis lainnya seperti Jawa, Batak, Bugis, dan Minang merupakan masyarakat pendatang
dari luar Desa Lima Laras.
4.3.
Sarana dan Prasarana
4.3.1.
Administrasi Desa
Desa Lima Laras merupakan salah satu
desa yang berada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Propinsi
Sumatera Utara. Desa Lima Laras dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dalam
menjalankan tugas Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, 4 orang Kepala
Urusan (KAUR) yaitu Kaur Pemerintahan, Kaur Masyarakat, Kaur Kesejahteraan dan
Kaur ketertiban serta 5 orang Kepala Dusun (KADUS).
Gambar 1.
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Lima Laras (Sumber : Kantor Desa Lima Laras)
4.3.2.
Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan modal dasar
untuk mengembangkan pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan suatu daerah
guna menunjang dan meningkatkan kualitas sumberdaya terutama sumberdaya
manusia. Untuk menunjang aktivitas belajar dan mengajar diperlukan
fasilitas-fasilitas yang cukup dan memadai.
Fasilitas
pendidikan di Desa Lima Laras sendiri belum cukup baik Karena sarana dan
prasarana pendidikan di desa ini belum
memadai, ini bias dilihat dari jumlah sekolah yang ada di desa Lima Laras pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Sarana pendidikan
|
Jumlah (Unit)
|
Persentase (%)
|
1.
|
TK
|
1
|
20
|
2.
|
SD
|
3
|
60
|
3.
|
SMP/MTs
|
1
|
20
|
Jumlah
|
|
5
|
100
|
Sumber : Kantor Desa Lima Laras 2012
Desa
Lima Laras memiliki 1 unit TK swasta, dan 3 unit SD (Sekolah Dasar) Negeri, di
Desa Lima Laras juga terdapat 1 MTs N 2 Lima Laras yang tidak jauh dari Desa
Lima Laras.
4.3.3. Sarana Ibadah
Sarana ibadah yang tersedia di Desa Lima
Laras untuk penduduk yang bergama islam yaitu berupa Mesjid dan Mushollah (Tabel 8).
Tabel 8. Jumlah dan
Jenis Sarana Ibadah di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera
Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Sarana Ibadah
|
Jumlah (Unit)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Mesjid
|
2
|
28,58
|
2.
|
Mushollah
|
5
|
71,42
|
Jumlah
|
|
7
|
100
|
Sumber
: Kantor Kepala Desa Lima Laras 2012
Sarana
ibadah yang terdapat di Desa ini memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing dan
sarana yang memadai sangat mendukung aktivitas ibadah bagi masyarakat.
4.3.4.
Kesehatan
Kesehatan
merupakan masalah yang sangat mendasar dan penting didalam kehidupan manusia.
Tingkat kesehatan masyarakat sangat erat hubungannya dengan pola hidup
masyarakat di daerah sekitar dan
perhatian pemerintah seperti aspek kebersihan, pola makan yang sehat dan
kebiasaan berobat. Dengan lingkungan yang bersih dan didukung oleh kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan yang baik maka secara langsung akan
menciptakan lingkungan yang sehat. Tingkat kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan secara umum masih sangat rendah, baik dalam hal kebersihan
lingkungan, memakan makanan yang memenuhi standar gizi dan kebiasaan memeriksa
kesehatan secara teratur.
Adapun
sarana kesehatan yang terdapat di Desa Lima Laras adalah 1 unit Puskesmas dan 2 unit Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu). Sedangkan tenaga kesehatan yang siap siaga yang terdapat di Desa Lima Laras adalah 1 orang dokter,
3 orang bidan (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi
Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Sarana Kesehatan
|
Jumlah (Unit)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Puskesmas
|
1
|
33,34
|
2.
|
Posyandu
|
2
|
66,66
|
Jumlah
|
|
3
|
100
|
Sumber : Kantor Kepala Desa Lima
Laras 2012
4.3.5.
Sarana Transportasi dan Telekomunikasi
Transportasi dan komunikasi
merupakan salah satu faktor penunjang pembangunan ekonomi di suatu daerah.
Apabila sarana transportasi dan komunikasi lancar, maka lancar juga transportasi
barang dan jasa ke daerah tersebut. Transportasi merupakan sarana yang sangat
penting, bagi kelancaraan pembangunan di suatu daerah terutama di bidang
ekonomi. Jalan yang menghubungkan Desa Lima Laras dengan Desa - desa
lainnya sudah terbentuk jalan aspal dan berada dalam kondisi yang baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Kepala Desa Lima Laras sarana transportasi umum yang tersedia di desa ini berupa transportasi darat dan laut . Pada
umumnya masyarakat di desa ini
menggunakan angkutan darat seperti bus, mobil
dan motor untuk melakukan kegiatan sehari-hari, sedangkan untuk transportasi
laut masyarakat di desa ini juga
menggunakan perahu boat, dan pompong.
Sedangkan
sarana komunikasi yang ada di Desa Lima Laras sudah sangat baik, sarana
komunikasi yang utama dan banyak digunakan adalah handphone (Hp), hampir setiap
keluarga sudah mempunyai handphone dan sarana informasi yang ada di desa ini adalah televisi dan radio.
4.3.6.
Lembaga Keuangan
Lembaga
keuangan sangat penting dalam usaha untuk melancarkan proses dari peredaran
uang itu sendiri selain tempat untuk usaha simpan pinjam. Di Desa Lima Laras ini terdapat 1 unit koperasi simpan pinjam.
Masyarakat bisa meminjam uang dari koperasi ini dengan syarat harus menjadi
anggota terlebih dahulu.
4.3.7.
Penggunaan Lahan
Luas
wilayah Desa Lima Laras adalah seluas 1.200
Ha, dengan pembagian dari penggunaan lahan
di Desa Lima Laras
mencakup wilayah pemukiman 648
Ha, untuk kawasan sawah atau
ladang dan sisanya berupa lahan kosong yang belum dikelola.
Pembagian
penggunaan lahan di desa ini belum merata. Hal ini terlihat dari wilayah
pemukiman yang baru sekitar pinggir pantai saja. Untuk di pedalaman, masih hutan dan hanya terdapat beberapa rumah
di sana. Begitu juga dengan lahan perkebunan masih belum tertata rapi
disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah di desa ini.
V.
KEADAAN UMUM SUMBERDAYA PERIKANAN
5.1. Sumberdaya
Perairan
Perairan
merupakan genangan yang luas dengan tinggi dan luas permukaan air berfluktuasi
kecil, yang kedalamannya dapat dangkal, atau sangat dalam, mempunyai atau tidak
mempunyai sungai yang mengalir ke dalam atau ke luar perairan, terbentuk secara
alami dan terisolasi dari laut. Sumberdaya perairan terdiri dari sumberdaya
perairan darat dan sumberdaya laut, sedangkan pada Desa Lima Laras ini hanya memiliki sumberdaya perairan laut.
5.1.1. Perairan Laut
Berdasarkan hasil
pengamatan dan keterangan yang diperoleh dari kantor Desa Lima Laras beserta informasi yang
dikumpulkan dari masyarakat setempat.
Desa Lima Laras memiliki
potensi perikanan dan kelautan
yang bisa untuk dikembangkan, diantaranya keramba.
Kondisi perairan laut
yang terdapat di Desa Lima Laras tergolong baik, tetapi belum dimanfaatkan
secara optimal. Hal itu dapat dilihat
dengan minim dan sederhananya alat tangkap dan armada penangkapan yang
digunakan nelayan. Hasil sumberdaya perikanan yang berada di perairan ini lebih
banyak didominasi oleh ikan pelagis kecil. Nelayan setempat masih menggunakan
alat tangkap yang masih sederhana atau tradisonal, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak
begitu besar.
Kondisi pantai dengan Mangrove yang tumbuh meluas pada substrat lumpur
dan pasir.
Vegetasi mangrove didesa Lima Laras
mempunyai fungsi biologis yaitu berfungsi sebagai tempat asuhan (nursey
ground), tempat memijah (spawning
ground) maupun tempat mencari makan (feeding
ground) bagi berbagai jenis hewan akuatik yang mempunyai nilai ekonomi
penting seperti ikan, udang dan kerang-kerangan. Di daerah pesisir pantai Desa lima
Laras ditemukan komunitas mangrove, seperti Rhizopora
sp, Bruguiera sp, dan Avicennia sp.
5.1.3. Parameter Fisika - Kimia Perairan
Rata-rata
dari parameter kualitas perairan di Desa Lima Laras yang dapat dilihat pada
tabel 10.
Tabel 10. Data Parameter Kualitas Air di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Parameter Kualitas Air
|
Hasil Pengukuran
|
1.
|
Salinitas
|
24 – 29 ‰
|
2.
|
Suhu
|
27oC
|
3.
|
pH
|
7
|
4.
|
Kecerahan
|
40 cm
|
5.
|
Kecepatan Arus
|
15,5m/dt
|
Sumber: Data
Primer
Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa suhu
perairan di Desa Lima Laras adalah 270C. Suhu tersebut merupakan suhu
yang normal di perairan laut. Menurut Nontji (2000) menyatakan bahwa suhu air
permukaan di perairan nusantara umumnya berkisar 25-310C, dimana
suhu air merupakan faktor yang penting bagi lingkungan perairan. Setiap spesies
atau kelompok ikan mempunyai batas toleransi maksimum dan minimun untuk
hidupnya.
Salinitas perairan di Desa Lima Laras
adalah 24-29 ppt, salinitas ini merupakan salinitas normal pada perairan laut
terutama pada perairan semi terbuka. Nontji (1993), menyatakan bahwa salinitas perairan bervariasi dipengaruhi oleh
aliran air sungai atau tawar, curah hujan, penguapan (evaporasi) dan sirkulasi
air laut.
Salinitas pada suatu tempat dapat
berubah sesuai dengan pasang surut air laut. Pada waktu pasang air laut
mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi yang dibawa dari arah laut
terbuka menuju pantai, sedangkan pada waktu surut akan dipengaruhi oleh aliran
air dari daratan (sungai) sehingga akan menyebabkan salinitas akan turun.
Salinitas perairan berubah seirama dengan pasang surut, dan bervariasi dari
suatu tempat ketempat yang lain. Semakin dekat dengan muara sungai maka salinitasnya akan semakin
rendah. Nontji (1993) menyatakan bahwa salinitas perairan selalu berubah yang
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan
aliran sungai.
Kecerahan pada perairan Desa Lima Laras
adalah 40 cm.
Pada perairan alami kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor
terpenting untuk menentukan produktivitas alami. Menurut Birowo (1991)
menyatakan bahwa perairan laut yang nilai kecerahannya < dari 1 meter dapat
di katakan rendah.
Kecepatan arus di perairan ini adalah
15,5 cm/det. Sehingga perairan ini dapat dikategorikan sebagai perairan yang
memilki arus lambat ( Harahap, 1999). Timbulnya arus di perairan terutama di
permukaan selain dipengaruhi oleh angin, juga di pengaruhi oleh salinitas dan
adanya air yang masuk dari berbagai arah. Kecepatan arus yang terjadi di
sekitar pantai dipengaruhi oleh kedalaman, keadaan topografi sekitar pantai dan
pulau di dengan penyebaran organisme yang ada di perairan.
Derajat keasaman (pH) yang diperoleh
yaitu bernilai 6-7 merupakan nilai pH normal untuk air laut. Menurut
Romimohtarto (1991), bahwa pH yang baik
untuk mendukung kehidupan organisme laut adalah berkisar antara 6,5 sampai 8,5.
Nilai pH memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air
antara lain berpengaruh terhadap respirasi.
5.2. Sumberdaya
Perikanan
5.2.1. Penangkapan
5.2.1.1. Masyarakat Nelayan
Kegiatan perikanan yang terdapat pada
Desa Lima Laras adalah perikanan tangkap. Usaha penangkapan ini dilakukan oleh
masyarakat yang umumnya mendiami daerah pesisir laut maupun daerah sepanjang
aliran sungai.
Sebagian besar dari masyarakat Desa Lima
Laras bermata pencaharian sebagai nelayan, ada yang sebagai nelayan tetap dan
ada juga sebagai nelayan sambilan. Nelayan tetap adalah nelayan yang mata
pencaharian utamanya menangkap ikan sepanjang tahun dan kehidupannya sangat
tergantung hasil penjualan ikan, sedangkan nelayan sambilan adalah nelayan yang
menangkap ikan hanya untuk dikonsumsi sendiri, mata pencaharian utama nelaya
sambilan adalah sebagai petani, pedagang dan sebagainya.
Tabel 11. Jumlah dan
Status Nelayan di Desa Lima Laras Kecamatan
Tanjung Tiram Kabupaten Batu
Bara Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Status Nelayan
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Nelayan Tetap
|
1067
|
77,94
|
2.
|
Nelayan Sambilan
|
302
|
22,06
|
Jumlah
|
|
1369
|
100
|
Sumber: Kantor Desa Lima
Laras 2012
Dari tabel di
atas dapat dilihat
bahwa jumlah nelayan tetap mendominasi dengan jumlah 1067 jiwa dibandingkan dengan nelayan
sambilannya yang hanya berjumlah
302
orang.
5.2.1.2. Alat
Penangkapan Ikan
Alat
tangkap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi banyak atau tidaknya
hasil tangkapan yang didapatkan nelayan pada saat melaut, semakin canggih alat
yang digunakan maka akan semakin banyak hasil tangkapan nelayan. Alat tangkap
yang ada di Desa Lima Laras berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di
Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada
Tahun 2012.
No
|
Jenis Alat Tangkap
|
Jumlah (Unit)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Jaring insang (Gill net)
|
15
|
12,5
|
2.
|
Pancing
|
30
|
25
|
3.
|
Rawai
|
60
|
50
|
4.
|
Jala
|
15
|
12,5
|
Jumlah
|
|
120
|
100
|
Sumber: Kantor
Desa Lima Laras 2012
Gill net disebut juga jaring
insang karena ikan-ikan yang tertangkap umumnya tersangkut pada insangnya.
Jaring insang merupakan alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang terbuat
dari nilon multifilamen dan mempunyai ukuran mata yang sama. Bagian atas
dilengkapi dengan tali ris atas dan ris bawah. Pelampung yang digunakan pada
alat ini ada beberapa jenis seperti botol plastik dan jenis yang terbuat dari
karet yang langsung diikatkan pada tali ris atas berdiameter 4-5 cm, serta
pemberat pada bagian bawah. Karena jaring ini direntang pada dasar laut,
yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah
ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan
seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin
terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya
sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan
cara terbelit-belit (entangled). Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis,
misalnya ikan herring (Anchoa Mitchilli),
Ikan sebelah (Isettodes irumei),
mackerel/Payang (Decapterusruseklli),
yellow tail/ Pelata (Chilosellium indicum), tongkol (Euthynnus affinis), cakalang (Katsuwonus
pelamis), layaran (Istiophorus
platypterus), selar (Selar
Crumenophthalmus), dan lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga
menjadi tujuan penangkapan jarring. Pada umumnya yang menjadi fishing ground
atau daerah penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang
mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.
Jala
merupakan jenis alat tangkap yang badannya terbuat dari jaring, semakin ke
bawah jumlah mata jaringnya semakin banyak, sehingga bila badan alat
dikembangkan maka akan membentuk kerucut yang panjang dan besar. Alat tangkap
ini bersifat menungkupi dan mengurung ikan atau udang agar tidak dapat
melarikan diri. Pada bagian bawah alat tangkap ini diberi pemberat berupa
rantai yang dipasang mengelilingi seluruh bibir alat tangkap. Penangkapan dapat
dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlalu dalam atau dekat dengan pantai.
Hasil tangkapan terutama tembang (Clupea
fimbriata), lemuru (Sardinella
longiceps), japuh (Dussumieria spp.),
ted (Stolephoms spp), selanget (Dorosama spp), kembung (Rastreuiger spp.) dan lain-lainnya.
Rawai adalah
alat penangkapan ikan yang terdiri dari rangkaian tali temali yang
bercabang-cabang dan tiap cabang diikatkan sebuah mata pancing. Daerah
penangkapan rawai sekitar 4 km dari pantai dengan menggunakan perahu dayung dan
perahu motor.
Rawai
yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu
disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line
atau Set Long Line digunakan untuk
menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk
menangkap ikan-ikan pelagis, seperti jenis-jenis ikan tuna terutama mandidihang
(Thunus albacares) dan tuna mata
besar (Thunus obesus).
Pancing
adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari mata pancing, tali pancing,
umpan dan berbagai perlengkapan lainnya seperti joran, pelampung, pemberat dan
lain-lain. Pancing ini dapat dibedakan menjadi dua kategori :
1. Alat tangkap pancing berumpan
• Pancing tangan dan pancing ulur
sederhana
Jenis pancing ini ada yang dioperasikan
dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu
maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada di tanah air
antara lain : pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing gambur
serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan
antara lain kakap merah (Lutjanus
argentimaculatus), kuwe (Caranx sp).
Dan lain sebagainya.
• Alat pancing bergagang
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan
biasanya kakap merah ekor kuning, belanak, kakap serta lainnya.
5.2.1.3. Armada
Penangkapan
Untuk
meningkatkan hasil penangkapan nelayan dibutuhkan armada penangkapan yang
memadai, armada penangkapan berperan sebagai transportasi dalam pengoperasian
alat tangkap, dengan adanya armada penangkapan ini maka akan mempermudah
nelayan melakukan operasi penangkapan. Armada penangkapan yang ada di Desa Lima Laras terdiri atas perahu
motor dan perahu dayung (Lampiran 3).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel
13. Jenis dan Jumlah Armada
Penangkapan di Desa Lima Laras Kecamatan
Tanjung Tiram Kabupaten Batu
Bara Provinsi Sumatera
Utara Pada Tahun 2012.
No
|
Jenis Armada
|
Jumlah (Unit)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Perahu Motor
|
28
|
37,34
|
2.
|
Perahu Dayung
|
47
|
62,66
|
Jumlah
|
|
75
|
100
|
Sumber: Kantor
Desa Lima Laras 2012
5.2.1.4.
Produksi Perikanan
Produksi perikanan di Desa ini masih tergolong sedang berkisar antara 6 _ 15 ton per tahun,
ini disebabkan oleh armada
penangkapan dan alat tangkap yang digunakan oleh Nelayan yang masih tradisional
serta kurang memadai jumlahnya.
Tabel 14. Jumlah Produksi Perikanan
di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Pada
Tahun 2012.
No
|
Jenis Ikan
|
Nama Ilmiah
|
Jumalah Hasil Tangkapan / Tahun
|
1.
|
Ikan Selar
|
Caranx leptolepis
|
± 1,5 Ton
|
2.
|
Ikan
Tongkol
|
Euthynnus pelamis
|
± 2,3 Ton
|
3.
|
Ikan Biang
|
Setipinna sp
|
± 3,2 Ton
|
4.
|
Udang
|
Metapenaeus sp
|
± 2,5 Ton
|
5.
|
Ikan Hiu
|
Carcharhinus menisorrah
|
± 6,4 Ton
|
6.
|
Ikan
Selikur
|
Botia hymenophysa
|
± 3,5 Ton
|
7.
|
Ikan
Bandeng
|
Chanos chanos
|
± 3,5 Ton
|
8.
|
Ikan Bawal
Putih
|
Pampus argenteus
|
± 1,5 Ton
|
9.
|
Ikan lidah
|
Solea humilis
|
± 1,5 Ton
|
10.
|
Ikan Sarden
|
Amblygaster
sirm
|
± 1,7 Ton
|
Sumber : Data
Primer 2012
Berdasarkan tabel di
atas dapat dilihat bahwa produksi perikanan yang terdapat
di Desa Lima Laras berkisar antara ± 6 - ± 15 ton per tahun. Alat tangkap yang
digunakan adalah jaring insang (Gill net),sedangkan
hasil tangkapan ikan yang diperoleh adalah ikan Selar (Caranx
leptolepis), ikan
Tongkol (Euthynnus
pelamis), ikan
Biang (Setipinna
sp), ikan Hiu (Carcharhinus
menisorrah), ikan Serikur (Botia hymenophysa), Udang (Metapenaeus
sp), ikan Bandeng (Chanos
chanos), ikan
Bawal Puti (Pampus
argenteus),ikan
Lida (Solea humilis) (Lampiran 4).
5.2.1.5. Penanganan Hasil Tangkapan
Baik tidaknya mutu hasil
tangkapan sangat tergantung dari ikan itu sendiri yaitu jenis dan ukuran ikan
serta faktor perlakuan yang dikerjakan oleh nelayan terhadap hasil perikanan
seperti cara penangkapan ikan, pendaratan ikan, penyiapan, pencucian dan juga
pendinginan. Semua perlakuan yang dikerjakan oleh nelayan setelah mendapatkan
hasil tangkapan merupakan usaha penanganan hasil perikanan.
Penanganan hasil tangkapan oleh nelayan di atas kapal mempunyai
tujuan untuk mempertahankan kesegaran ikan. Perlakuan pengesan yang dilakukan
oleh nelayan di Desa Lima Laras yaitu dengan disediakannya box ikan yaitu tempat khusus menyimpan ikan. Menurut Rab (1997),
sifat kesegaran ikan dapat dipertahankan dengan menurunkan suhu ikan dan
lingkungannya. Oleh sebab itu,
pengesan atau pendinginan segera
dilakukan setelah hasil perikanan ditangkap, sangat penting dikerjakan agar
proses biokimia dan mikrobiologi dapat dihambat. Ikan yang ditangkap
dibersihkan dengan air tawar kemudian dimasukkan ke dalam box yang berisi es yang sudah dihancurkan berupa kristal kecil dengan
perbandingan antara ikan dan es adalah 1:1 atau 1 kg es untuk 1 kg ikan segar.
5.2.1.6. Pengawetan Ikan
Hasil Tangkapan
Proses
penanganan dan pengolahan ikan merupakan salah satu bagian penting dari mata
rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan
produksi ikan yang telah dicapai akan menjadi sia-sia, karena tidak semua
produk-produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik.
Penanganan dan pengolahan bertujuan mempertahankan mutu dan kesegaran ikan
selama mungkin dengan cara menghambat atau menghentikan sama sekali penyebab
penurunan mutu (pembusukan) maupun penyebab kerusakan ikan (misalnya disebabkan oleh
aktivitas enzim, mikroorganisme, atau
oksidasi oksigen), agar ikan baik sampai ketangan konsumen.
Aktivitas
pengolahan yang ada di Desa Lima
Laras adalah
pengawetan ikan asin. Dengan di lakukan pengolahan ini juga berperan untuk meningkatkan nilai tambah
produk perikanan disamping ikan hasil tangkapan dijual segar. Pengolahan yang dilakukan masih bersifat
tradisional dari segi teknik maupun alat-alat yang digunakan, karena alat-alat
yang digunakan masih bersifat sederhana dan cara pembuatannya hanya berdasarkan
pengetahuan secara turun-temurun adapun jumlah nelayan pengolah sebanyak 7 orang.
Alat-alat
yang digunakan dalam pengawetan ikan asin adalah pisau untuk menyiangi dan
membersihkan ikan, drum/tong yang digunakan untuk tempat proses penggaraman
ikan sebelum dijemur, para-para untuk tempat penjemuran ikan, keranjang plastik untuk tempat
meletakkan ikan setelah ikan kering.
Metode
yang digunakan dalam pengawetan ikan asin
adalah penggaraman sistim kering (dry
salting). Dengan konsentrasi garam yang berkisar 10-15% dari total berat ikan.
Prosedur pembuatan ikan asin di Desa
Lima Laras adalah:
1. Proses
dimulai dari penyiangan dan pencucian ikan dengan tujuan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang terdapat pada ikan.
2. Ikan
ditaburi garam secara merata.
3. Kemudian
ikan dimasukkan dalam wadah (drum/tong) yang pada bagian dasarnya sudah diberi
lapisan garam. Pada bagian atas ikan ditaburi garam lebih banyak. Hal ini
dilakukan karena garam bersifat menarik air dan dengan terdapatnya lapisan air
di permukaan tubuh ikan, maka akan terbentuk larutan garam yang dapat merendam seluruh tumpukan ikan sehingga
proses penggaraman lebih sempurna. Jumlah garam yang digunakan 20-30% dari
berat ikan, setelah ikan yang digarami didiamkan selama 10-12 jam.
4. Kemudian
dilakukan penjemuran, sebelum dijemur ikan bersihkan kembali bertujuan untuk
mengurangi kadar garam pada ikan. Penjemuran dilakukan dibawah sinar matahari,
ikan disusun diatas para-para yang terbuat dari pilah-pilah bambu selama 1-2
hari. Proses pengeringan ini dilakukan untuk membantu menurunkan kadar air ikan
sehingga dapat menghambat aktivitas bakteri yang tahan terhadap konsentrasi
garam tinggi atau dapat juga membunuhnya.
Ikan
Segar
Disiangi
Dibelah
Dibersihkan/dicuci
Penggaraman,
10% dari berat ikan (10-12 jam)
Pengeringan/penjemuran
(1-2 hari)
Ikan asin
Gambar 2. Skema Proses Pengawetan Ikan
Asin di Desa Lima Laras.
Tabel 15. Daftar Nama
Nelayan Pengolah dan Jumlah Hasil Olahan Nelayan Pengolah di Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten
Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
No
|
Nama
Nelayan
|
Pendidikan
|
Rara-rata
hasil produksi olahan per bulan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Dani
Maman
Solihin
Eti
Nana
Wima
Ester
|
SLTP
SD
SD
SD
SD
-
SD
|
122
Kg
120
Kg
110
Kg
113 Kg
134 Kg
125 Kg
203 Kg
|
Sumber: Data
Primer
5.2.1.6. Tataniaga Perikanan
Tataniaga
merupakan salah satu faktor yang dapat membantu meningkatkan pembangunan sektor
perikanan. Karena dengan adanya tataniaga perikanan maka para nelayan tidak
merasa kesulitan untuk menjual hasil tangkapan mereka ke konsumen. Rantai
pemasaran ikan yang terdapat di Desa
Lima Laras.
Gambar 3. Skema
Rantai Pemasaran Hasil Tangkapan di Desa Lima Laras
Berdasarkan
informasi yang didapat bahwa ikan-ikan yang tertangkap tersebut dijual dengan
harga sekitar Rp. 8.000,-
sampai Rp. 40.000,-/kg
kepada pedagang pengumpul atau masyarakat sekitar. Harga rata-rata ikan segar
yang dijual di Desa Lima Laras dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel
16.
Daftar Nama Ikan
dan Harga Ikan di Desa Lima
Laras
Kecamatan
Tanjung Tiram Kabupaten
Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
No
|
Jenis Ikan
|
Nama Ilmiah
|
Harga (Rp) per Kg
|
1.
|
Ikan Selar
|
Caranx leptolepis
|
Rp.22.000,-
|
2.
|
Udang
|
Metapeneus sp
|
Rp.40.000,-
|
3.
|
Ikan Biang
|
Setipinna sp
|
Rp.20.000,-
|
4.
|
Ikan
Sarden
|
Amblygaster sirm
|
Rp.12.000,-
|
5.
|
Ikan Hiu
|
Carcharhinus menisorrah
|
Rp.20.000,-
|
6.
|
Ikan
Selikur
|
Botia hymenophysa
|
Rp.10.000,-
|
7.
|
Ikan
Bandeng
|
Chanos chanos
|
Rp.17.000,-
|
8.
|
Ikan Bawal
Putih
|
Pampus argenteus
|
Rp.15.000,-
|
9.
|
Ikan lidah
|
Solea humilis
|
Rp.8.000,-
|
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel di atas dapat
di lihat jenis penjualan ikan yang ada di desa ini ada sebanyak 9 jenis ikan. Udang (Metapeneus
sp) merupakan suatu komoditi yang harganya
paling tinggi mencapai Rp 40.000,- dan diikuti oleh ikan Selar (Caranx leptolepis) Rp 22.000, sedangkan ikan yang lain harganya
bervariasi antara Rp 8.000 – 20.000,-. Harga ikan tergantung pada jumlah hasil tangkapan. Apabila jumlah hasil tangkap sedikit maka harga
ikan akan naik.
5.2.1.7. Pendapatan
Nelayan
Pendapatan
nelayan mempunyai kisaran yang berbeda pada tiap bulannya, karena mereka turun
ke laut tidak menentu, tergantung musim yang sedang berlangsung. Rata-rata
pendapatan nelayan tiap bulannya adalah Rp. 700.000-1500.000/bulan.
VI.
ISU PERMASALAHAN
6.1.
Permasalahan Umum
Berdasarkan hasil wawancara
dan data yang diperoleh dari Kepala Desa bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan. Kondisi
jumlah nelayan yang begitu besar tidak didukung dengan ketersediaan alat
tangkap dan armada penangkapan yang baik. Terbatasnya armada penangkapan yang
ada di Desa Lima Laras mempengaruhi kemampuan nelayan menjangkau wilayah
tangkap yang lebih jauh dimana wilayah tersebut berpotensi sebagai wilayah tangkap yang memiliki hasil
perikanan yang bagus, begitu pula dengan ketersediaan alat tangkap yang
terbatas dan sederhana ikut mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang diperoleh
para nelayan, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan tentunya belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup nelayan. Kurangnya sosialisasi
antara masyarakat nelayan dan pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan
pemerintah yang diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat nelayan. Kurangnya pemahaman nelayan tentang kebijakan pemerintah
mengenai teknis penangkapan, pemasaran, budidaya dan industri pengolahan.
Selain itu, isu permasalahan lain
yang dapat dijumpai di Desa Lima Laras adalah terjadinya
kebanjiran pada saat musim hujan
dan pasang naik. Hal ini disebabkan karena desa ini merupakan
dataran
rendah dengan ketinggian rata-rata 0,5 meter di atas permukaan laut. Selain itu
penyebab kebanjiran ini dikarenakan kondisi saluran pengairan yang tidak
mendukung, dimana banyaknya sampah yang berada di dalam saluran pengairan
tersebut.
6.2. Permasalahan Khusus
Permasalahan khusus pada
lokasi Praktek Umum khususnya di Desa Lima Laras ini adalah terjadi pengikisan
pantai atau abrasi sehingga tepi pantainya
rendah dan berlumpur. Bila terjadi ombak dan pasang naik pada saat tertentu air
laut masuk ke jalan raya dan dapur rumah penduduk yang berada dekat pantai
tersebut ikut terendam.
Hal lain yang merupakan permasalahan khusus yang
bisa dikemukakan adalah kondisi lingkungan pemukiman yang kurang terpelihara
yang bisa mempengaruhi produktivitas penduduk untuk melakukan kegiatan sehari –
hari. Faktor lingkungan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan
warga untuk melakukan aktivitas apapun demi kelangsungan hidup sehari – hari.
6.3. Alternatif pemecahan
masalah
Berdasarkan
uraian di atas terhadap isu permasalahan yang ditemukan saat survey dan
pengumpulan data di Desa Lima Laras, maka diambil beberapa pemecahan masalah.
Adapun beberapa alternatif pemecahan
masalah antara lain :
1. Permasalahan umum :
·
Alternatif pemecahan permasalahan yang dapat
dilakukan adalah pemerintah lebih memperhatikan potensi perikanan yang ada di
Desa Lima Laras dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung
pengoperasian penangkapan ikan oleh nelayan. Para nelayan perlu dibekali
sosialisasi penggunaan alat tangkap modern sehingga hasil tangkapan nelayan
lebih banyak. Namun sosialisasi alat tangkap tersebut harus didukung dengan
bantuan alat tangkap dan armada penangkapan dari pemerintah. Sosialisasi dalam
menentukan perairan-perairan yang berpotensi dalam menghasilkan ikan sehingga
para nelayan tradisional memperoleh hasil tangkapan yang lebih baik dari
sebelumnya. Pemerintah juga dapat memberikan kebijakan-kebijakan dalam
penangkapan sehingga daerah penangkapan tetap dapat berpotensi untuk jangka
yang panjang. Diharapkan adanya
perhatian dari instansi-instansi terkait untuk memberikan informasi atau
penyuluhan-penyuluhan pada warga setempat tentang tata cara budidaya.
·
Pemerintah setempat perlu memberikan penyuluhan dan
pengarahan kepada masyarakat untuk terbiasa hidup bersih dan menjaga lingkungan
sekitarnya.
2. Permasalahaan Khusus :
·
Sebaiknya penduduk Desa
Lima Laras menambah penanaman mangrove di pantai sebagai penahan air laut agar
tidak terkena langsung ke tepi pantai disaat ada ombak dan pasang, dan juga melestarikan serta menjaga populasi
mangrove yang ada di Desa Lima Laras.
·
Sebaiknya penduduk Desa Lima Laras
menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan tidak membuang sampah sembarangan,
juga perlunya masyarakat melakukan gotong royong untuk menjaga kebersihan
lingkungan agar terbiasa hidup bersih dan sehat.
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Desa Lima Laras terletak di Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 3.892 jiwa. Desa
Lima Laras merupakan salah
satu daerah perikanan yang cukup baik
untuk dikembangkan dan usaha perikanan seperti perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran.
Nelayan di Desa Lima Laras berjumlah 1.369 jiwa yang
terdiri dari 1067 nelayan tetap dan 302 nelayan sambilan. Tingkat pendidikan
nelayan sebagian besar hanya tamat SD.
Secara umum
permasalahan yang terdapat di Desa Lima Laras sangat beragam,
seperti :
1. Kondisi
jumlah nelayan yang begitu besar tidak didukung dengan ketersediaan alat
tangkap dan armada penangkapan yang baik. Terbatasnya armada penangkapan yang
ada di Desa Lima Laras mempengaruhi kemampuan nelayan menjangkau wilayah
tangkap yang lebih jauh dimana wilayah tersebut berpotensi sebagai wilayah tangkap yang memiliki hasil
perikanan yang bagus, begitu pula dengan ketersediaan alat tangkap yang
terbatas dan sederhana ikut mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang diperoleh
para nelayan.
2.
Kurangnya sosialisasi antara masyarakat
nelayan dan pemerintah mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah yang diarahkan
untuk kesejahteraan masyarakat nelayan. Kurangnya pemahaman nelayan tentang kebijakan
pemerintah mengenai teknis penangkapan, pemasaran, budidaya dan industri
pengolahan.
3. Terjadinya
kebanjiran pada saat musim hujan
dan pasang naik, ini disebabkan karena desa ini
merupakan dataran
rendah dengan ketinggian rata-rata 0,5 meter di atas permukaan laut. Selain itu
penyebab kebanjiran ini dikarenakan kondisi saluran pengairan yang tidak
mendukung, dimana banyaknya sampah yang berada di dalam saluran pengairan
tersebut.
7. 2.
Saran
Melihat
keadaan umum perikanan dan kelautan di desa ini maka perlu kiranya bagi
pemerintah daerah dan stakeholder lainnya untuk mengambil tindakan yang nyata
dan tegas terkait berbagai permasalahan yang dialami nelayan, terutama yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana penangkapan. Permasalahan yang ada bukan hanya
tanggung jawab pemerintah setempat tetapi juga merupakan tanggung jawab semua
pihak di Desa Lima Laras. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang menyeluruh dari
semua pihak agar keberlangsungan potensi yang ada dapat dinikmati di masa yang
akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Adawyah,
R, 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan, Jakarta: Bumi Aksara. 160 hal.
Ayodhya.2004. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Sri Dewi. Bogor. 97 hal
Birowo, S.,
1991. Pengantar Oseanografi. Hal 123-142. dalam D. H. Kunarso dan Ruyitno (eds). Status Pencemaran Laut di
Indonesia dan Tekhnik Pemantauannya, P3O-LIPI. Jakarta.
Budiharsono,
2001. Masyarakat
Perikanan Nusantara dalam Pembangunan Nasional. Makalah Seminar Prospek
Perikanan Riau dalam Menghadapi Pasar Bebas Tanggal 18 November 1996. Pekanbaru. 11 hal.
Dahuri,
R. J. Rais. S.P. Ginting dan M.j. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta. 328 halaman.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman
Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelajutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. 412 hal.
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003.
Kondisi Perikanan Indonesi. http:/www.dkp.go.id/contec.php. Kondisi Perikanan Indonesia
Direktorat Jendral Perikanan,
2000. Laporan Tahunan 2000. Jakarta. Tidak diterbitkan.
Djangkarau, Z, 2002. Pembahasan Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan
Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hal.
Effendi, S, 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan
Pangan. Bandung: Alfa
Feliatra., 2004. Pembangunan Perikanan dan Kelautan Indonesia. Diktat
kuliah Ilmu Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 156 hal.
Gunarso,
W. 1985. Suatu Pengenalan Tentang Fish Behaviour Dalam Hubungan dengan Fishing
Tactis dan Fishing Technique, Bagian
Fishing Boat. Skripsi, Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 60 hal. (tidak diterbitkan)
Harahap,S. 1999. Tingkat Pencemaran Perairan
Pelabuhan Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau Ditinjauan dari Komunitas
Makrozobhentos. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 26 hal.
Malik, B. A. 1998. Prospek
Pembangunan Perikanan di Daerah Sumatera Utara. Hal 158-185. Dalam Strategi
Pembangunan Perikanan dan Kelautan
Nasional Dalam Meningkatkan Devisa
Negara. (ed)
Universitas Sumatera Utara Press, Pekanbaru. Hal 155-185.
Murniati,
A. S dan Sunarman, 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan. Kanisius.
Yogyakarta. 220 hal.
Mubyarto dan Mosher,
1987. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Lembaga Penelitian
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta. 305 hal.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 367 hal.
Nontji, A.
2000.”Coral Reefs of Indonesia; Past, Present and Future.”
Pardede, R. 2003. http://ms.Wikipedia.org?wiki/Sumatera-utara
Rab,T.,1997.Teknologi Hasil Perikanan. UIR
Press.Pekanbaru.306 Hal.
Rahardi, F.R. Kristiowati Dan Narazuddin, 2001.
Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rixqullah,2008.GambaranUmumPerikanan
Indonesia.(ikzzir.blogspot.com/2008/10/gambaran-umum-perikanan-indonesia.html).Diakses
pada tanggal 25 Januari 2011,pukul 15.26 WIB.
Romimohtarto dan Juwana, 2001. Biologi Laut:
Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Djambatan, Jakarta. 538 hal
Siahaan. Y, 2002. Keadaan Umum
Pemanfaatn Sumberdaya Perikanan Di Desa Siantang Teluk Mengkudu Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. UNRI.
Pekanbaru. Tidak diterbitkan.
Syofnelli, 2000. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam kolam di Desa Sanah
Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Laporan Praktek Lapangan
Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan UNRI. Pekanbaru, 28 hal. Tidak
diterbitkan.
Tang, U. M, 2003. Budidaya Air Tawar. UNRI Press.
Universitas Riau. 71 hal.
Von Brandt, A. V. 1984. Classification of Fishing Gear of
The World, H. KRIST JHONSON (ed) Fishing News (Books) Ltd. London. 274-276 p.
Wikipedia.org/tanjungtiram
Www. bappeda.batubarakab.go.id